- A. Pengertian Membaca
Membaca merupakan modal bagi seseorang untuk mempelajari buku
dan mencari informasi tertulis. Bagi siswa, membaca juga menjadi modal
agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran. Munawir Yusuf (2005:134)
menjelaskan “membaca merupakan aktifitas auditif dan visual untuk
memperoleh makna dari simbol berupa huruf atau kata.” Menurut
Tampubolon, membaca pada hakekatnya adalah kegiatan fisik dan mental
untuk menemukan makna dari tulisan. Membaca bukan hanya mengucapkan
bahasa tulis tetapi juga memahami maknanya.
Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai
bidang studi. Jika anak pada usia sekolah tidak segera memiliki
kemampuan membaca, maka anak akan mengalami banyak kesulitan dalam
beberapa bidang studi.
Ada lima tahapan perkembangan membaca, yaitu:
- kesiapan membaca
- membaca permulaan
- ketrampilan membaca cepat
- membaca luas
- membaca yang sesungguhnya
Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar dapat
belajar. Kemampuan membaca merupakan suatu kemampuan untuk memahami
informasi atau wacana yang disampaikan oleh pihak lain melalui tulisan.
Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
membaca merupakan kegiatan yang sangat kompleks yang mencakup aktifitas
fisik dan mental untuk mengenal dan memahami makna dari suatu simbol
atau tulisan.
Dikatakan kegiatan fisik, karena bagian tubuh khususnya mata
beraktifitas dalam kegiatan membaca. Dikatakan kegiatan mental, karena
bagian-bagian pikiran khususnya persepsi, yaitu kemampuan untuk
menafsirkan apa yang dilihat sebagai simbol atau kata dan ingatan
terlibat didalam kegiatan ini. Beberapa hal yang tercakup dalam
pengertian membaca yaitu:
- Membaca merupakan suatu proses
Maksudnya ialah informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki olehpembaca mempunyai peran utama dalam membentuk makna.
- Membaca merupakan suatu strategis
Maksudnya membaca yang efektif menggunakan berbagai strategi yang sesuai dengan teks yang dibaca.
- Membaca merupakan suatu interaktif
Maksudnya keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks.
Berdasarkan subtansinya pengertian membaca dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu:
- Pengertian sederhana, yaitu pengertian yang memandang membaca sebagai proses pengenalan simbol-simbol tertulis bermakna.
- Pengertian agak luas, yaitu pengertian yang memandang membaca sebagai proses memahami bacaan.
- Pengertian luas, yaitu pengertian yang memandang membaca sebagai
proses mengolah bacaan yaitu proses memaknai bacaan secara mendalam.
- B. Perlunya Membaca Sejak Dini
Pendidikan di lingkungan keluarga merupakan kunci dalam
memberikan bekal kepada anak. Orang tua terutama Ibu sebagai madrasah
pertama bagi seorang anak, memiliki peran sangat penting dalam masalah
ini. Jiwa anak harus diisi dengan hal-hal yang positif sejak dini.
Saat ini kita tidak heran melihat anak-anak kecil mampu
memainkan HP, Play Station, Game Online, Game Internet/Facebook dan
lain-lain. Teknologi baru dan gadget-gadget bermunculan seakan-akan
kalau tidak mengikuti akan ketinggalan jaman. Padahal jika orang tua
tidak memantau, bisa jadi Game yang dimainkan dan internet yang dibuka
berisikan konten-konten negatif seperti kekerasan, pornografi dll. Belum
lagi acara TV yang banyak diisi hiburan dan mempertontonkan gaya hidup
hedonis para selebriti.
Tayangan TV dan Game kekerasan seperti ini akan membuat
anak-anak menjadi gampang marah, tersinggung serta tersulut emosinya.
Otak menjadi pasif, daya nalar berkurang dan cara berkomunikasi menjadi
juga kurang baik. Jangankan diminta untuk membuat tulisan, berbicara
dan mengemukakan pendapat saja mereka susah memilih kosa kata. Anak-anak
menjadi tidak pernah terlatih untuk menggunakan kosa kata
Berbeda ketika anak sedang membaca, maka secara refleks otak
menjadi beraktivitas dan berpikir. Membaca memperluas cakrawala,
menambah ilmu pengetahuan, serta meningkatkan daya ingat. Membaca dapat
memicu otak untuk menyerap informasi, memahami, lalu bahkan memecahkan
suatu masalah. Semakin banyak informasi yang diserap semakin baik untuk
membantu kefasihan dalam bertutur kata. Membaca bisa dikatakan sebagai
kebutuhan dasar bagi manusia. Bahkan perintah pertama yang turun dalam
Al-Quran adalah perintah membaca
“Bacalah dengan Nama Tuhanmu yang Menciptakan” (Q.S. Al. Alaq).
Suatu masyarakat akan menjadi maju, jika dalam kehidupannya
ditunjang dengan adanya budaya baca yang tinggi. Ahli ilmu pengetahuan
dan teknologi tidak mungkin ada tanpa melalui membaca. Membaca tidak
hanya melalui bahan bacaan yang tercetak saja, melaikan juga melalui
media elektronik. Karena itu, budaya menbaca perlu ditumbuhkembangkan.
Tidak hanya anak saat memasuki usia sekolah, melainkan sejak bayi masih
berada dalam kandungan. Namun, karena belum bisa membaca, ibulah yang
membacakan cerita pada bayi, yang diharapkan melalui cara membacakan
cerita, akan mengalir kebiasaan baik kelak pada anak tersebut.
Dalam konteks ini, Abigail van Buren mengatakan, “
Richer than I you never be, for I had a mother who read to me. –Anda tidak pernah kaya dari saya, sebab saya punya ibu yang membacakan buku bagi saya”.
Pada kenyataannya, membaca sebagai pelajaran baru dikenalkan di
Taman Kanak-Kanak. Meskipun sebagian orang tua dan pendidik tidak
setuju dengan pelajaran membaca di TK, nampaknya orang tua menuntut
anaknya yang dititipkan untuk dididik di TK sudah dapat membaca. Sebab,
kemampuan membaca akan langsung dipakai di SD, bahkan sudah ditekankan
untuk bisa membaca.
Tingkat membaca masyarakat Indonesia akan semakin berkembang,
seiring dengan pemahaman pentingnya membaca dan latihan yang terus
menerus. Jika manusia adalah makhluk pembelajar, maka kecepatan membaca
orang Indonesia yang berkisar antara 150-300 KPM pasti meningkat
berbanding lurus dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan membaca buka yang bermutu, seseorang akan memiliki
keunggulan komparatif dibanding orang yang tidak membaca. Selain itu,
dengan membaca, orang lebih terbuka cakrawala pemikirannya. Dengan dan
melalui bacaan, seseorang berkesempatan melakukan refleksi dan meditasi,
sehingga budaya membaca lebih terarah kepada budaya intelektual
daripada budaya hiburan yang dangkal. Karena itu, para pakar
menyimpulkan, untuk membangun masyarakat yang beradab dan maju, maka
budaya baca perlu ditumbuhkan.
Hal inilah yang mendasari,mengapa budaya membaca terus menerus
dikumandangkan baik oleh pemerintah, lembaga swadaya masyarakat,tokoh
masyarakat,pendidik,agamawan,hingga orang yang peduli pada kemajuan
peradapan.
Buku yang bermutu menjadi sarana belajaryang paling berpengaruh. Seperti yang dicatat dalam Ensiklopedia Indonesia.
Buku ialah alatkomunikasi berjangka waktu panjang dan mungkin sarana
komunikasi yang paling berpengaruh pada perkembangan kebudayaan dan
peradapan umat manusia. Dalam buku dipusatkan dan dikumpulkan hasil
pemikiran dan pengalaman manusia daripadasarana komunikasi lainnya.
Sebagai alat pendidikan, buku berpengaruh pada anak didik daripada
sarana lainnya (Ensiklopedia Indonesia,
hal.538-539).
Dalam sejarah proses transformasi ilmu pengetahuan dan
teknologi, membaca menjadi keniscayaan. Keterampilan membaca secara
kritis menjadi modal dasar untuk menganalisis, mengevaluasi,
menyintesiskan bahan bacaan. Dengan membaca, pemikiran terbuka untuk
melihat antarhubungan ide-ide dan menggunakannya sebagai salah satu
tujuan dari membaca.
Banyak manfaat yang bisa kita ambil dari membaca. Seperti
kesaksian dan pengalaman seorang tokoh yang memberikan tekanan, betapa
membaca menjadi keharusan untuk membangun dan bersaing diberbagai
bidang. Alfin Toffler mengemukakan
“The illiterate of the future will not be the person who cannot read. It will be a person who does not know how to learn”.(Di
masa yang akan datang, orang yang buta huruf bukan semata-mata orang
yang tidak dapat membaca. Yang paling celaka, dia akan menjadi orang
yang tidak tahu bagaimana caranya belajar).
- C. Menumbuhkan Minat Membaca
Masalah minat baca sampai saat ini masih menjadi tema yang cukup
aktual. Tema ini sering dijadikan topik pertemuan ilmiah dan diskusi
oleh para pemerhati dan para pakar yang peduli terhadap perkembangan
minat baca di Indonesia. Namun, hasil dari pertemuan-pertemuan ilmiah
tersebut belum memberikan suatu rekomendasi yang tepat bagi perkembangan
yang signifikan terhadap minat baca masyarakat.
Permasalahan yang dirasakan oleh bangsa Indonesia sampai saat
ini, adalah adanya data berdasarkan temuan penelitian dan pengamatan
yang menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia relatif sangat
rendah. Ada beberapa indikator yang menunjukkan masih rendahnya minat
baca masyarakat Indonesia. Rendahnya budaya membaca ini juga dirasakan
pada pelajar dan mahasiswa. Perpustakaan di sekolah/kampus yang ada
jarang dimanfaatkan secara optimal oleh siswa/mahasiswa. Demikian pula
perpustakaan umum yang ada di setiap kota/kabupaten yang tersebar di
nusantara ini, pengunjungnya relatif tidak begitu banyak.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum mempunyai
budaya membaca. Sehingga wajar apabila Indeks Sumber Daya Manusia
bangsa Indonesia juga rendah.
Upaya menumbuhkan minat baca bukannya tidak dilakukan.
Pemerintah melalui lembaga yang relevan telah mencanangkan program minat
baca. Hanya saja yang dilakukan oleh pemerintah maupun institusi swasta
untuk menumbuhkan minat baca belum optimal. Oleh karena itu, agar
bangsa Indonesia dapat mengejar kemajuan yang telah dicapai oleh
negara-negara tetangga, perlu menumbuhkan minat baca sejak dini, sejak
mereka mulai dapat membaca. Dengan menumbuhkan minat baca sejak
anak-anak masih dini, diharapkan budaya membaca masyarakat Indonesia
dapat ditingkatkan.
Bacaan yang kurang memikat dan minimnya
sarana perpustakaan sekolah menjadi faktor utama penyebab minat baca
siswa rendah. Sementara itu, sekolah tidak selalu mampu menumbuhkan
kebiasaan membaca bagi para siswanya. Dengan kondisi kualitas buku
pelajaran yang memprihatinkan, padatnya kurikulum, dan metode
pembelajaran yang menekankan hafalan materi justru membunuh minat
membaca. Menurut Prof. Dr. Riris K. Toha Sarumpaet, Guru besar Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia ini melihat, sekolah tidak
memadai sebagai tempat untuk menumbuhkan minat baca anak didik. Hal
ini, menurut dia, tidak terlepas dari kurikulum pendidikan. Kurikulum
yang terlalu padat membuat siswa tidak punya waktu untuk membaca. Riris
mengemukakan bahwa siswa terlalu sibuk dengan pelajaran yang harus
diikuti tiap hari. Belum lagi harus mengerjakan PR.
Oleh karena itu, solusi terbaik dalam membuka jalan pikiran
seorang siswa agar mereka mempunyai wawasan yang luas, adalah dengan
cara membaca. Agar siswa dapat membaca buku, maka kepada mereka perlu
disediakan bahan bacaan yang cukup koleksinya. Oleh karena itu,
perpustakaan merupakan wacana baca yang mampu menyediakan beragam buku
baik fiksi nonfiksi, referensi, atau nonbuku seperti majalah, koran,
kaset serta alat peraga, wajib dimiliki setiap sekolah.
Aktivitas membaca akan dilakukan oleh anak atau tidak sangat
ditentukan oleh minat anak terhadap aktivitas tersebut. Di sini nampak
bahwa minat merupakan motivator yang kuat untuk melakukan suatu
aktivitas.
Secara umum minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan
yang menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba
aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu. Minat juga diartikan sebagai
sikap positif anak terhadap aspek-aspek lingkungan. Ada juga yang
mengartikan minat sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan menikmati suatu aktivitas disertai dengan rasa senang. Meichati
(1972) mengartikan minat adalah perhatian yang kuat, intensif dan
menguasai individu secara mendalam untuk tekun melalukan suatu
aktivitas.
Aspek minat terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif.
Aspek kognitif berupa konsep positif terhadap suatu obyek dan berpusat
pada manfaat dari obyek tersebut. Aspek afektif nampak dalam rasa suka
atau tidak senang dan kepuasan pribadi terhadap obyek tersebut.
Membaca adalah proses untuk memperoleh pengertian dari
kombinasi beberapa huruf dan kata. Juel (1988) mengartikan bahwa membaca
adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat
dan struktur bacaan. Hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang
mampu membuat intisari dari bacaan.
Secara operasional Lilawati (1988) mengartikan minat membaca
anak adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan
perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga mengarahkan anak
untuk membaca dengan kemauannya sendiri. Aspek minat membaca meliputi
kesenangan membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca
dan jumlah buku bacaan yang pernah dibaca oleh anak. Sinambela (1993)
mengartikan minat membaca adalah sikap positif dan adanya rasa
keterikatan dalam diri anak terhadap aktivitas membaca dan tertarik
terhadap buku bacaan. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca,
frekuensi membaca dan kesadaran akan manfaat membaca.
Berdasar pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
minat membaca adalah kekuatan yang mendorong anak untuk memperhatikan,
merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka
mau melakukan aktivitas membaca dengan kemauan sendiri. Aspek minat
membaca meliputi kesenangan membaca, frekuensi membaca dan kesadaran
akan manfaat membaca.
Minat membaca perlu ditanamkan dan ditumbuhkan sejak anak masih
kecil sebab minat membaca pada anak tidak akan terbentuk dengan
sendirinya, tetapi sangat dipengaruhi oleh stimulasi yang diperoleh dari
lingkungan anak. Keluarga merupakan lingkungan paling awal dan dominan
dalam menanamkan, menumbuhkan dan membina minat membaca anak. Orang tua
perlu menanamkan kesadaran akan pentingnya membaca dalam kehidupan anak,
setelah itu baru guru di sekolah, teman sebaya dan masyarakat.
Mulyani (1978) berpendapat bahwa tingkat perkembangan seseorang
yang paling menguntungkan untuk pengembangan minat membaca adalah pada
masa peka, yaitu sekitar usia 5-6 tahun. Kemudian minat membaca ini akan
berkembang sampai dengan masa remaja.
Minat membaca pertama kali harus ditanamkan melalui pendidikan
dan kebiasaan keluarga pada masa peka tersebut. Anak usia 5-6 tahun
senang sekali mendengarkan cerita. Mula-mula mereka tertarik bukan pada
isi ceritanya, tetapi pada kenikmatan yang diperoleh dalam kedekatannya
dengan orang tua. Ketika duduk bersama atau duduk di pangkuan orang tua,
anak merasakan adanya kasih sayang dan kelembutan. Suasana yang
menyenangkan dan didukung oleh buku cerita yang penuh gambar-gambar
indah akan membuat anak menjadi tertarik dan senang menikmati cerita
dari buku. Melalui proses imitasi, anak akan suka menirukan aktivitas
membacakan cerita yang dilakukan oleh orang tuanya. Peniruan ini akan
semakin diulang bila anak juga sering melihat orang tua melakukan
aktivitas membaca. Anak akan meniru gaya dan tingkah laku orang tua
dalam membaca. Kemudian setelah anak mampu membaca sendiri, maka ia akan
senang sekali mempraktekkan kemampuan membacanya dengan membaca sendiri
buku-buku yang tersedia di rumah. Kemauan untuk membaca buku atas
inisiatif diri sendiri ini adalah awal tumbuhnya minat membaca anak.
Perkembangan selanjutnya dari minat membaca ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor.
Menurut Purves dan Beach di dalam Harris dan Sipay (1998), ada
dua kelompok besar faktor yang mempengaruhi minat membaca anak, yaitu:
- Faktor personal
Faktor personal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri anak, yaitu
meliputi usia, jenis kelamin, inteligensi, kemampuan membaca, sikap dan
kebutuhan psikologis.
- Faktor institusional
Faktor institusional adalah faktor-faktor di luar diri anak, yaitu
meliputi ketersediaan jumlah buku-buku bacaan dan jenis-jenis bukunya,
status sosial ekonomi orang tua dan latar belakang etnis, kemudian
pengaruh orang tua, guru dan teman sebaya anak.
Ada perbedaan minat anak terhadap buku bila ditinjau dari usia kronologis anak.
- Menurut Ediasari (Ayahbunda, 1983), berpendapat bahwa:
- Pada usia 2-6 tahun, anak-anak menyukai buku bacaan yang didominasi oleh gambar-gambar yang nyata.
- Pada usia 7 tahun, anak menyukai buku yang didominasi oleh
gambar-gambar dengan bentuk tulisan besar-besar dan kata-kata yang
sederhana dan mudah dibaca. Biasanya pada usia ini anak sudah memiliki
kemampuan membaca permulaan dan mereka mulai aktif untuk membaca kata.
- Pada usia 8-9 tahun, anak-anak menyukai buku bacaan dengan komposisi
ganbar dan tulisan yang seimbang. Mereka biasanya sudah lancar membaca,
walaupun pemahaman mereka masih terbatas pada kalimat singkat dan
sederhana bentuknya.
- Pada usia 10-12 tahun, anak lebih menyukai buku dengan komposisi
tulisan lebih banyak daripada gambar. Pada usia ini kemampuan berpikir
abstrak dalam diri anak mulai berkembang sehingga mereka dapat menemukan
intisari dari buku bacaan dan mampu menceritakan isinya kepada orang
lain.
- Menurut Munandar (1986), berpendapat bahwa:
- Pada usia 3-8 tahun, anak menyukai buku cerita yang berisi mengenai
binatang dan orang–orang di sekitar anak. Pada masa ini anak bersikap
egosentrik sehingga mereka menyukai isi cerita yang berpusat pada
kehidupan di seputar dirinya. Mereka juga menyukai cerita khayal dan
dongeng.
- Pada usia 8-12 tahun, anak menyukai isi cerita yang lebih realistik.
Ada perbedaan minat anak terhadap buku bila ditinjau dari sifat dan tema cerita pada anak laki-laki dan perempuan.
Menurut munandar menyatakan bahwa:
- Anak laki-laki lebih menyukai buku cerita mengenai pertualangan,
kisah perjalanan yang seram dan penuh ketegangan, cerita kepahlawanan,
dan cerita humor.
- Anak perempuan menyukai buku cerita dengan tema kehidupan keluarga dan sekolah.
Faktor institusional memiliki pengaruh yang kuat terhadap
perkembangan minat membaca anak. Keluarga dengan status sosial ekonomi
tinggi, mampu menggunakan tingkat pendidikannya yang tinggi untuk
memperoleh informasi mengenai buku-buku yang perlu untuk perkembangan
kognitif dan afektif anak. Didukung oleh penghasilan mereka yang cukup
tinggi, maka orang tua dapat menyediakan buku-buku bacaan untuk anak
dengan jenis yang beragam.
Slavin (1998) menemukan ada perbedaan aktivitas orang tua dalam
membimbing anak antara keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi
dengan status sosial ekonomi rendah.
Orang tua dengan status sosial ekonomi tinggi memiliki harapan
tinggi terhadap keberhasilan anak di sekolah dan mereka sering memberi
penghargaan terhadap pengembangan intelektual anak. Mereka juga mampu
menjadi model yang bagus dalam berbicara dan aktivitas membaca. Orang
tua sering membaca bersama anak, memberika pujian kepada anak saat anak
membaca buku atas inisiatif sendiri, membawa anak ke toko buku dan
mengunjungi perpustakaan dan mereka menjadi model bagi anak dengan lebih
sering memanfaatkan waktu luang untuk membaca.
Orang tua dengan status sosial ekonomi rendah sering memberi
contoh negatif dalam berbicara, terutama saat mereka bertengkar karena
keterbatasan keuangan keluarga. Mereka juga jarang memuji anak ketika
anak membaca, bahkan orang tua memiliki pengharapan rendah terhadap
keberhasilan sekolah anak sehingga mereka tidak mau terlibat untuk
membantu pekerjaan rumah anak atau tugas sekolah yang lain. Akibat
selanjutnya anak menjadi tidak berprestasi di sekolah dan hal ini
menambah tekanan keluarga ketika orang tua dipanggil ke sekolah untuk
mempertanggungjawabkan kegagalan pendidikan anak. Nampak bahwa keluarga
dengan status sosial ekonomi rendah mengalami stres yang tinggi.
Menumbuhkan minat baca untuk
anak usia prasekolah
berbeda dengan usia anak sekolah. Untuk anak usia sekolah, lebih baik
diberikan cerita yang tokohnya nyata. Berikut ini yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan minat baca anak usia sekolah:
- Ajak anak ke toko buku, biarkan ia memilih sendiri buku yang ia
inginkan. Tentunya dengan batasan yang Anda dan dia sepakati bersama.
- Ciptakan “perpustakaan” keluarga. Tak perlu terlalu mewah atau
megah. Cukup dibuat nyaman dan memungkinkan keluarga untuk mencari buku
yang disukai tanpa kesulitan, supaya bisa dibaca kembali.
- Hilangkan penghambat, seperti games, televisi, komputer, atau perangkat yang bisa mengalihkan keinginan anak untuk membaca.
- Ajarkan si anak untuk menyisihkan uang jajannya agar bisa digunakan untuk membeli buku.
- Berikan ide kepada anak untuk membentuk kelompok teman yang bisa saling menukar buku bacaan.
- Saat tahu si anak akan pergi ke tempat jauh atau yang berisiko
membuatnya menghabiskan waktu menunggu lama, seperti saat berkunjung ke
dokter, bawakan ia buku bacaan.
- Ciptakan kebiasaan untuk mendiskusikan tentang topik yang dibaca bersama-sama.
- D. Pengaruh dari Bacaan
Buku adalah gudang ilmu. Untuk itu, kenalkan buku pada si buah
hati sedini mungkin. Agar hasilnya maksimal, pilihlah buku yang sesuai
dengan usia buah hati.
Hampir semua orang mengetahui manfaat sebuah buku. Selain
sebagai sumber pengetahuan, buku juga membuat pikiran dan wawasan
terbuka. Hal itu tidak saja berlaku bagi orang dewasa, anak-anak pun
akan mendapatkan manfaat yang sama jika diajarkan membaca buku yang
cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Banyak sekali jenis buku
dijual di toko buku hingga kaki lima.Beragam pilihan buku pun bisa
didapat secara mudah. Namun, jangan sampai kemudahan dan semua fasilitas
itu membuat anak-anak menjadi rusak karena membaca buku yang tidak
sesuai usia. Jika itu terjadi, anak akan mengalami kecenderungan
berfantasi seperti apa yang telah dibacanya.
Itu akan semakin buruk jika yang dibaca adalah buku-buku yang
mengandung nilai kekerasan, pornografi, atau buku yang bernuansa
menyesatkan. Misalnya kartun, tetapi dengan jalan cerita orang-orang
dewasa.
Mengatasi masalah bacaan pada anak, memang tidak mudah, apalagi
untuk mengawasinya. Bisa saja anak yang di rumah terlihat alim dan
penurut, tetapi di lingkungan permainan atau di sekolah anak mendapatkan
buku-buku yang tidak sesuai dengan usia.
Terdapat sebuah buku yang secara khusus berkisah tentang bagaimana buku bisa mempengaruhi orang. Judulnya
Read and Grow Rich yang
ditulis Bunke Hedges. Dikisahkan di dalamnya, bagaimana buku
mempengaruhi kehidupan dan pribadi orang. Dengan membaca, seseorang
terbuka wawasannya, mata, dan fikirannya. Dari membaca, seseorang
mendapat ide-ide baru yang jika dilaksanakan akan mendatangkan
keuntungan.
Sejauh mana buku dapat mempengaruhi kehidupan, tentu setiap
orang mempunyai pengalaman sendiri-sendiri. Ada orang yang hanya sekali
membaca, buku itu langsung mempengaruhinya. Namun, ada pula orang yang
telah membaca sekian banyak buku, perilakunya tetap masih sama dengan
yang kemarin.
Buku bisa menjadi guru. Tetapi juga bisa menjadi tidak berarti.
Sebagaimana guru manusia, guru buku pun tidak akan memberi makna
apa-apa, kalau tidak hendak dimaknai.
Terdapat 10 tulisan berupa bacaan yang pernah mempengaruhi kehidupan pribadi pembaca, yakni diantaranya:
- Kitab suci agama
Fakta menunjukkan, banyak penganut agama yang dapat terpengaruh oleh
adanya kitab suci. Sehingga apa pun yang dicatat dalam kitab, pasti akan
diyakini dan dituruti.
- Pemikiran para filsuf Yunani kuna (350-450 SM)
Pemikiran ini diabadikan dalam bentuk tulisan yang berupa ilmu
pengetahuan dan teknologi. Hingga saat ini pengaruhnya masih kuat serta
belum ada yang menandinginya.
- Magna charta (1215)
Pakta yang ditandatangani oleh raja Yohanes yang berisi mengenai
hak-hak asasi manusia ini, hingga kini masih mempengaruhi umat manusia,
terutama bangsa kita sendiri yang telah menjunjung tinggi hak-hak asasi
manusia.
- Kitab gutenberg atau Injil 42 baris (1440)
Kitab ini menjadi lompatan raksasa karena sejak itu berkembang pesat
teknologi percetakan dan penerbitan yang mempengaruhi kehidupan umat
manusia di seluruh dunia ini.
- Keberatan atau 95 dalil Luther
Lither menempel 95 dalil (keberatannya) pada Paus Leo X di depan
pintu gereja Wittenberg. Inilah cikal bakal majalah dinding dan pers.
- Karya sastra dan soneta William Shakespeare (1564-1616)
Karya ini menjadi inspirasi dan mencerahkan umat manusia. Shakespeare
menghidupkan kembali tradisi sastra dan filsafat yang ribuan tahun
sebelumnya hidup di tanah Yunani. Bahwa, sastra dapat menjadi media atau
sarana pendidikan dan sekaligus akan diperoleh hiburan.
- Declaration of Independence (1776)
Pada 4 Juli 1776, di Philadelphia diratifikasikansebuah dokumen
penting mengenai kemerdekaan. Thomas Jefferson mendeklarasikan bahwa
setiap warga Amerika:
We hold these truths to be self-evident, that all men are created
equal, that they are endowed by their Creator with certain unalineable
rights, that among these are Life, Liberty and the pursuit of Happiness.
- Konstitusi dan bill of rights Amerika Serikat (1787-1791)
- Manifesto komunis (1848)
Karl Marx dan Friederich Engels meletakkan
platform bagi teori komunis-sosialistis. Dokumen ini yang membawa pengaruh komunis dan menyebar ke berbagai penjuru dunia.
- Mein Kampf (1927)
Mein kampf berarti perjuangan dan pergulatan, yakni karya tulis yang
merupakan kristalisasi pemikiran Adolf Hitler. Pesan tulisan ini, bahwa
masyarakat dapat menolong dan membebaskan diri dengan membenci orang
lain. Sehingga terjadi pembantaian yang hebat di jerman pada masa itu.
- E. Faktor bagi Siswa Sekolah Dasar dalam Kegaitan Membaca
Menurut chauhan (1978), menjelaskan bahwa di dalam
kegiatan membaca khususnya untuk siswa Sekolah Dasar memiliki beberapa
faktor yang dapat mempengaruhinya, terutama dalam minat anak membaca.
Faktor-faktor itu antaranya adalah sebagai berikut:
- Perkembangan fisik
Perkembangan fisik ini, merupakan hal yang sangat penting dalam
memutuskan perkembangan minat membaca. Seseorang yang secara fisik
mengalami kebutaan atau kecacatan pada matanya akan berpengaruh pada
ketertarikannya terhadap aktifitas membaca.
- Perbedaan sex atau jenis kelamin
Ada perbedaan yang besar antara minat membaca pada anak
perempuan dan laki-laki. Perbedaan itu disebabkan adanya perbedaan
fisiologis dan pengaruh budaya, serta level pendidikan dan kondisi
lingkungan.
Disini, lingkungan menentukan aturan penting dalam memutuskan
minat membaca seseorang, misalnya saja lingkungan rumah yang kondusif
dan memberikan banyak contoh serta stimulus sehingga seseorang akan
memiliki kebiasaan membaca.
- Status sosial-ekonomi
Kondisi keluarga juga menentukan dalam pembentukan minat membaca pada
seseorang. Seseorang yang berasal drai kuluarga dengan status ekonomi
menengah ke atas dapat memberikan fasilitas dan stimulus bahan-bahan
bacaan yang dapat merangsang minat membaca pada anak.
Menurut Hurlock (1993), juga menjelaskan bahwa di dalam
kegiatan membaca terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat
anak pada umumnya:
- Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan mental
Minat cenderung berubah seiring dengan perubahan fisik dan
mental. Ketika pertumbuhan mulai berhenti dan level perkembangan sudah
tercapai, minat akan menjadi stabil. Minat membaca pun tumbuh bersamaan
dengan perkembangan mental, jenis bacaan yang dibaca seseorang pun akan
berubah seiring dengan level perkembangan dan kematangan pribadi.
- Minat bergantung pada kesiapan belajar
Minat membaca juga bergantung pada kesiapan belajar, minat
membaca dapat semakin kuat apabila seorang anak sudah memiliki kemampuan
membaca. Untuk memiliki kemampuan membaca seorang anak haruslah siap
secara fisik (mata yang normal, otak yang sempurna), sehingga proses
pengenalan dan perangkaian huruf menjadi kata dan kalimat dapat
dilakukan serta kesiapan mental, yakni mampu menangkap makna dan maksud
dari rangkaian huruf dan kata.
- Minat tergantung pada kesempatan untuk belajar
Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat,
baik anak-anak maupun dewasa, yang menjadi bagian dari lingkungan anak.
Karena lingkungan anak kecil sebagian besar terbatas pada rumah, minat
mereka tumbuh dari rumah sehingga kesempatan pertama untuk belajar
berasal dari rumah dan lingkungan rumah merupakan
reinforcement awal.
Minat membaca salah satu contoh paling relevan, dimana lingkungan rumah
merupakan stimulus paling awal dan tempat belajar utama bagi seseorang
anak untuk belajar membaca dan mempertahankannya dan kemudian dapat
menjadi sebuah kebiasaan.
- Ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang terbatas
Seseorang anak yang cacat indra penglihatannya akan membatasi seseorang tersebut untuk membaca.
Minat dipengaruhi oleh bobot emosi. Ketidaksenangan emosi akan
melemahkan minat dan kesenangan emosi yang mendalam akan menguatkan
minat. Seseorang yang telah menemukan manfaat dari kegiatan membaca,
akan menimbulkan reaksi positif yang akan membuat orang tersebut ingin
mengulanginya lagi dan lagi, sehingga kesenagan emosi yang mendalam pada
aktivitas membaca akan menguatkan minat membaca.
Minat adalah sifat egosentris dikeseluruhan masa anak-anak,
seorang anak yang sangat yakin dengan membaca akan membuatnya memiliki
kekayaan wawasan dan kecerdasan dalam menyikapi hidup akan terus menerus
melakukan aktivitas membaca sampai dewasa.
Elliot dkk (2000), menjelaskan bahwa minat berperan penting
dalam proses belajar mengajar, dan minat harus terus terpelihara,
termasuk salah satunya adalah minat membaca. Elliot dkk (2000), juga
menjelaskan bahwa untuk dapat memperoleh minat siswa dalam proses
pembelajaran diperlukan sebuah stimulus yaitu dengan strategi yang
berorientasi
curiosity atau teknik mengembangkan dan memfasilitasi
curiosity
siswa, dengan demikian untuk memperoleh dan menumbuhkan minat membaca
pada siswa diperlukan adanya pengembangan dan pemfasilitasan
curiosity. Pendapat Elliot dkk diperkuat oleh pendapat Smith dan Dechant (1961), bahwa
curiosity dan gejala untuk bereksplorasi akan membuat seseorang memperoleh minat, termasuk minat membaca.
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
- A. KESIMPULAN
Membaca merupakan modal bagi seseorang untuk mempelajari buku
dan mencari informasi tertulis. Bagi siswa, membaca juga menjadi modal
agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran. Munawir Yusuf (2005:134)
menjelaskan “membaca merupakan aktifitas auditif dan visual untuk
memperoleh makna dari simbol berupa huruf atau kata.”
Pendidikan di lingkungan keluarga merupakan kunci dalam
memberikan bekal kepada anak. Orang tua terutama Ibu sebagai madrasah
pertama bagi seorang anak, memiliki peran sangat penting dalam masalah
ini. Jiwa anak harus diisi dengan hal-hal yang positif sejak dini.
Berbeda ketika anak sedang membaca, maka secara refleks otak
menjadi beraktivitas dan berpikir. Membaca memperluas cakrawala,
menambah ilmu pengetahuan, serta meningkatkan daya ingat. Membaca dapat
memicu otak untuk menyerap informasi, memahami, lalu bahkan memecahkan
suatu masalah. Semakin banyak informasi yang diserap semakin baik untuk
membantu kefasihan dalam bertutur kata.
Dengan membaca buka yang bermutu, seseorang akan memiliki
keunggulan komparatif dibanding orang yang tidak membaca. Selain itu,
dengan membaca, orang lebih terbuka cakrawala pemikirannya. Dengan dan
melalui bacaan, seseorang berkesempatan melakukan refleksi dan meditasi,
sehingga budaya membaca lebih terarah
kepada budaya intelektual daripada budaya hiburan yang dangkal.
Karena itu, para pakar menyimpulkan, untuk membangun masyarakat yang
beradab dan maju, maka budaya baca perlu ditumbuhkan.
Aspek minat terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif.
Aspek kognitif berupa konsep positif terhadap suatu obyek dan berpusat
pada manfaat dari obyek tersebut. Aspek afektif nampak dalam rasa suka
atau tidak senang dan kepuasan pribadi terhadap obyek tersebut.
faktor yang mempengaruhi minat membaca anak, yaitu:
- Faktor personal
- Faktor institusional
Beragam pilihan buku pun bisa didapat secara mudah. Namun,
jangan sampai kemudahan dan semua fasilitas itu membuat anak-anak
menjadi rusak karena membaca buku yang tidak sesuai usia.
Buku bisa menjadi guru. Tetapi juga bisa menjadi tidak berarti.
Sebagaimana guru manusia, guru buku pun tidak akan memberi makna
apa-apa, kalau tidak hendak dimaknai.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dalam minat anak membaca antaranya adalah sebagai berikut:
- Perkembangan fisik
- Perbedaan sex atau jenis kelamin
- Status sosial-ekonomi
- B. SARAN
Berdasarkan butir-butir simpulan tersebut di atas, maka
dapatlah dikemu-kakan saran-saran untuk menumbuhkan minat baca sejak
anak usia dini sebagai berikut ini:
- Perlu digalakkan event-event atau kegiatan-kegiatan yang
dapat menumbuhkan minat baca di masyarakat luas. Seperti dalam acara
Hari Buku Nasional, Hari Kunjungan Perpustakaan, sampai berbagai pameran
dan bazar buku (book fair) di tingkat lokal maupun nasional.
Seiring dengan adanya globalisasi informasi dan perkembangan ilmu
pengetahuan, sudah saatnya kita melebarkan aktivitas kita dalam dunia
perbukuan dengan ikut berpartisipasi melakukan perayaan buku berskala
internasional agar lebih menggaungkan buku dan literasi di tengah
masyarakat Indonesia.
- Perlunya partisipasi organisasi-organisasi non-pemerintah. Sebuah
organisasi kemasyarakatan tersebut akan berupaya dalam membuka ruang
partisipasi seluas-luasnya kepada masyarakat dalam penguatan budaya
baca dan juga dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya buku di
berbagai kalangan.
- Orang tua dapat menjadi contoh di rumah dengan membiasakan membaca
apa saja (koran, majalah, tabloid, buku, dsb.), menyediakan bahan-bahan
bacaan yang menarik dan mendidik, mengajak anak berkunjung ke pameran
buku sesering mungkin dan memasukkan anak menjadi anggota perpustakaan.
- memperbanyak jumlah perpustakaan secara merata di setiap
kota/kabupaten di Indonesia dengan koleksi bahan pustaka yang mencukupi
untuk kebutuhan masyarakat umum, pelajar dan mahasiswa.
- Perlu adanya partisipasi semua lapisan mamsyarakat, pemerintah, LSM,
masyarakat pecinta buku, Depdiknas serta asosiasi penerbit, pustakawan,
toko buku dan para pemerhati masalah buku dan minat baca untuk
menyelengga-rakan kegiatan yang dapat menggugah gairah minat baca
masyarakat. Sehingga budaya membaca menjadi sebagian budaya masyarakat
Indonesia. Lomba bercerita bagi anak-anak SD dinilai cukup efektif
sebagai upaya meningkatkan minat baca, karena dilihat dari penampilan
peserta cukup bagus dan lancar, karena disamping membaca peserta juga
langsung bercerita.
sumber : https://patmikumalasari.wordpress.com/2014/01/11/cara-menumbuhkan-minat-baca-pada-anak-usia-sekolah/