Selasa, 19 Mei 2015

Kegiatan Ice Breaking dalam Proses Belajar Mengajar Di Kelas.

Melihat arti kata dari Ice Breaking yaitu pemecah es atau secara harfiah adalah pencair suasana, maka kegiatan ice breaking ini sesekali perlu diciptakan oleh guru manakala situasi nampak sudah mulai menjenuhkan mungkin juga kaku dan tegang, hingga jika situasi ini berlanjut maka dikhawatirkan konsentrasi siswa dalam proses pembelajaran lantas menurun atau bahkan mungkin hilang.

Kegitan ini dapat dilakukan di tengah-tengah proses pembelajaran manakala guru melihat sebagian besar siswa mengantuk, lesu, tidak bersemangat dan lain sebagainya, maka saat inilah guru dapat ambil langkah menciptakan games untuk dapat mengembalikan perhatian, konsentrasi dan semangat siswanya. Adapun jenis permainan bisa saja yang ada kaitannya dengan materi pelajaran yang bersangkutan atau boleh jadi tidak ada hubungannya dengan materi pelajaran. Tapi menurut saya sebaiknya kita memilih permainan yang berkaitan dengan materi pelajaran, seperti dalam pembelajaran matematika misalnya kita ciptakan tebak-tebakan jenis bilangan, jenis bidang datar, jenis bangun ruang, atau siswa diminta mendemonstrasikan cara paling cepat menyelesaikan operasi hitung. Tentu saja akan lebih baik lagi jika guru menyiapkan reward juga. Sepertinya dengan cara ini permainan akan memperoleh multi manfaat, selain mencairkan suasana juga diharapkan akan memberikan pengalaman berharga dalam menambah wawasan siswa.
Ice breaking juga dapat dilakukan dalam tahap perkenalan di awal-awal proses pembelajaran, misalnya pada kelas baru yang difasilitasi oleh wali kelas. Sehingga kegiatan ini dapat menciptakan keceriaan, semangat dan kesempatan untuk dapat saling mengenal antar warga kelas tersebut. Setelah seluruh siswa diminta berdiri dan menyebutkan data-data penting dirinya yang perlu diketahui oleh teman-teman dan wali kelasnya, kemudian dibuat kelompok. Masing-masing kelompok diberi kesempatan saling mengenal lebih dalam, salah satu caranya adalah permainan “Dua kejujuran, satu kebohongan”. Masing-masing siswa menyebutkan dua hal yang sebenarnya tentang dirinya dan satu hal yang tidak sebenarnya, kemudian temannya pada kelompok tersebut mencoba menebak mana yang sebenarnya dan apa yang tidak sebenarnya. Contoh : seorang siswa mengatakan bahwa dirinya adalah penggemar sepak bola, punya hobby menyanyi dan takut sekali akan kucing, kemudian teman dalam satu kelompok itu bergilir menebak mana diantara tiga pernyataan tadi yang benar dan mana yang tidak benar. Dengan cara ini diharapkan selain dapat menciptakan suasana akrab, ceria juga semua siswa dapat lebih mengenal teman-teman sekelasnya dengan lebih cepat.

perbedaan kurikulum 2013 dan ktsp

Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Sedangkan implementasinya telah diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014 di sekolah-sekolah tertentu atau masih terbatas. Dulu dan sekarang, kita sudah mengenal dengan yang namanya KTSPatau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mulai diberlakukan sejak tahun ajaran 2007/2008. Kalau kita cermati bersama, perbedaan paling mendasar antara Kurikulum 2013 dengan KTSP. Dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun dalam Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan.  
Perbedaan Kurikulum 2013 Dengan KTSP
Namun dibalik perbedaan yang ada, sebenarnya juga terdapat kesamaan esensi antara Kurikulum 2013 dengan KTSP. Misalnya tentang pendekatan ilmiah (Scientific Approach) yang pada hakekatnya adalah pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama dengan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP).  Masalah pendekatan sebenarnya bukan masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa jadi pendekatan ilmiah yang diperkenalkan di Kurikulum 2013 akan bernasib sama dengan pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak paham dan tidak bisa menerapkannya dalam pembelajaran di kelas.
Berikut ini adalah perbedaan antara Kurikulum 2013 dengan KTSP
No
Kurikulum 2013
KTSP
1SKL (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu, melalui Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan Standar Isi, yang bebentuk Kerangka Dasar Kurikulum, yang dituangkan dalam Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013Standar Isi ditentukan terlebih dahulu melaui Permendiknas No 22 Tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun 2006
2Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuanlebih menekankan pada aspek pengetahuan
3di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VIdi jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-III
4Jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit dibanding KTSPJumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaran lebih banyak dibanding Kurikulum 2013
5Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
6TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaranTIK sebagai mata pelajaran
7Standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.Penilaiannya lebih dominan pada aspek pengetahuan
8Pramuka menjadi ekstrakuler wajibPramuka bukan ekstrakurikuler wajib
9Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X untuk jenjang SMA/MAPenjurusan mulai kelas XI
10BK lebih menekankan mengembangkan potensi siswaBK lebih pada menyelesaikan masalah siswa

Update Mei 2015 :

No
KTSP
Kurikulum 2013
1
Mata pelajaran tertentu mendukung kompetensi tertentuTiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi (Sikap, Keteampilan, Pengetahuan)
2
Mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi dasar sendiriMata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi  dasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas
3
Bahasa Indonesia sejajar dengan mapel lainBahasa Indonesia sebagai penghela mapel lain (sikap dan keterampilan berbahasa)
4
Tiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan berbedaSemua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama (saintifik) melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar…
5
Tiap jenis konten pembelajaran diajarkan terpisahBermacam jenis konten pembelajaran diajarkan terkait dan terpadu satu sama lainKonten ilmu pengetahuan diintegrasikan dan dijadikan penggerak konten pembelajaran lainnya
6
Tematik untuk kelas I-III (belum integratif)Tematik integratif untuk kelas I-III
7
TIK mata pelajaran sendiriTIK merupakan sarana pembelajaran, dipergunakan sebagai media pembelajaran mata pelajaran lain
8
Bahasa Indonesia sebagai pengetahuanBahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge
9
Untuk SMA ada penjurusan sejak kelas XITidak ada penjurusan SMA. Ada mata pelajaran wajib, peminatan, antar minat, dan pendalaman minat
10
SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensiSMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasar-dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap.
11
Penjurusan di SMK sangat detilPenjurusan di SMK tidak terlalu detil sampai bidang studi, didalamnya terdapat pengelompokkan peminatan dan pendalaman

mata kuliah : PKN
dosen           : Dirgantara Wicaksono,M.Pd

metode pembelajaran

Pengertian Metode Pembelajaran Macam Macam, Syarat, dan Faktor-faktor yang mempengaruhi metode pembelajaran – Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.Dalam kegiatan belajar mengajar dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang menarik agar siswa tidak merasa bosan dengan materi yang diajarkan oleh guru.
Sumber : Portal sekolah Dasar
           Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsung pembelajaran (Sudjana, 2005:76). Metode pembelajaran akuntansi adalah cara atau pendekatan yang dipergunakan dalam menyajikan atau menyampaikan materi pelajaran akuntansi. menempati peranan yang tak kalah penting dalam proses belajar mengajar. Dalam pemilihan metode apa yang tepat, guru harus melihat situasi dan kondisi siswa serta materi yang diajarkan.
Dalam kegiatan belajar mengajar daya serap peserta didik tidaklah sama. Dalam menghadapi perbedaan tersebut, strategi pengajaran yang tepat sangat dibutuhkan. Strategi belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru dan siswa dalam kegiatan mewujudkan kegiatan belajar mengajar (Hasibuan, 2004:3). Metode pembelajaran merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk menghadapi masalah tersebut sehingga pencapaian tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik. Dengan pemanfaatan metode yang efektif dan efisien, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metode pembelajaran
Sebagai suatu cara,metode tidaklah berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya, jika memahami sifat-sifat masing-masing metode tersebut. Menurut Winarno Surakhmad dalam Djamarah (2002:89) pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:
a. Anak didik
Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Di sekolah, gurulah yang berkewajiban mendidiknya. Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran mana yang sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
b. Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar-mengajar. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran ada berbagai jenis, ada tujuan instruksional, tujuan kurikuler, tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional. Metode yang dipilih guru harus sejalan dengan taraf kemampuan anak didik dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
c. Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke hari.Guru harus memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi yang diciptakan itu.
d. Fasilitas
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah.Misalnya ketiadaan laboratorium untuk praktek IPA kurang mendukung penggunaan metode eksperimen.
e. Guru
Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Latar pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode.
Syarat-syarat metode pembelajaran
Menurut Ahmadi dalam (Asih, 2007:20) syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar adalah:
  • Metode mengajar harus dapat mermbangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa
  • Metode mengajar harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.
  • Metode mengajar harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.
  • Metode mengajar harus dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi (pembaharuan).
  • Metode mengajar harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
  • Metode mengajar harus dapat meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yng nyata dn bertujuan.
  • Metode mengajar harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Macam-macam metode pembelajaran
Proses belajar-mengajar yang baik, hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode pembelajaran secara bergantian atau saling bahu membahu satu sama lain. Masing-masing metode ada kelemahan dan kelebihannya. Tugas guru ialah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar-mengajar. Menurut Djamarah (2002:93-110) macam-macam metode pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Metode proyek
Metode proyek adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak pada suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. Penggunaan metode ini bertitik tolak dari anggapan bahwa pemecahan masalah perlu melibatkan bukan hanya satu mata pelajaran, melainkan hendaknya melibatkan berbagai mata pelajaran yang ada kaitannya dengan pemecahan masalah tersebut.
b. Metode eksperimen
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya itu.
c. Metode tugas atau resitasi
Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini diberikan karena materi pelajaran banyak sementara waktu sedikit. Agar materei pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasanya digunakan oleh guru. Tugas ini biasanya bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan,dan di tempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar, baik individu maupun kelompok, tugas yang diberikan sangat banyak macamnya tergantung dari tujuan yang hendak dicapai.
d. Metode diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa dihadapkan pada suatu masalah yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan secara bersama. Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Dalam diskusi terjadi interaks, tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah dan siswa menjadi aktif.
e. Metode sosiodrama
Metode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama dalam pemakaiannya sering disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.
f. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan dengan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.
g. Metode problem solving
Metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berfikir sebab dalam metode problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
h. Metode karya wisata
Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri yang berbeda dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar. Teknik karya wiasta adalah teknik mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar siswa kesuatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu.
i. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa,tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode tanya jawab memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.
j. Metode latihan
Metode latihan maerupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan.
k. Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode tradisional, karena sejak dulu dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam metode ceramah dibutuhkan keaktifan guru dalam kegiatan pengajaran. Metode ini banyak digunakan pada pengajar yang kekurangan fasilitas.
Setiap metode pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahannya sendiri-sendiri. Penggunaan metode yang variatif dan sesuai dengan materi serta tujuan pembelajaran dapat membuat siswa senang dan termotivasi untuk belajar. Metode tersebut harus dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.
Dari uraian di atas, indikator-indikator dari metode pembelajaran dalam penelitian ini adalah :
  • membangkitkan motif dan minat belajar siswa
  • mendidik siswa belajar sendiri
  • membangkitkan keinginan belajar lebih lanjut
mata kuliah : PKN
dosen           : dirgantara wicaksono,M.Pd
  • meniadakan verbalitas dalam penyampaian materi

Pandangan tentang Pembelajaran

Dalam menerapkan strategi pembelajaran maka seorang guru harus memiliki pandangan umum tentang pembelajaran agar dalam menyusun sebuah perencanaan pembelajaran dapat mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan dalam sebuah pembelajaran. Berikut akan saya lampirkan pandangan tentang pembelajaran sebagaimana yang tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81ATahun 2013  Tentang Implementasi Kurikulum  Pedoman Umum Pembelajaran
Secara prinsip, kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi kompetensi yang diharapkan.
Lebih lanjut, strategi pembelajaran harus diarahkan untuk memfasilitasi pencapaian kompetensi yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum agar setiap individu mampu menjadi pebelajar mandiri sepanjang hayat. dan yang pada gilirannya mereka menjadi komponen penting untuk mewujudkan masyarakat belajar. Kualitas lain yang dikembangkan kurikulum dan harus terealisasikan dalam proses pembelajaran antara lain kreativitas, kemandirian, kerja sama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.
Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: (1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
Di dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan jaman tempat dan waktu ia hidup. Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.
Guru memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan mengembangkan suasana belajar yang memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan, menerapkan ide-ide mereka sendiri, menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru mengembangkan kesempatan belajar kepada peserta didik untuk meniti anak tangga yang membawa peserta didik kepemahaman yang lebih tinggi, yang semula dilakukan dengan bantuan guru tetapi semakin lama semakin mandiri. Bagi peserta didik, pembelajaran harus bergeser dari “diberi tahu” menjadi “aktif mencari tahu”.
Di dalam pembelajaran, peserta didik mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya. Bagi peserta didik, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit menuju abstrak. Sebagai manusia yang sedang berkembang, peserta didik telah, sedang, dan/atau akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni sensori motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal. Secara umum jenjang pertama terjadi sebelum seseorang memasuki usia sekolah, jejang kedua dan ketiga dimulai ketika seseorang menjadi peserta didik di jenjang pendidikan dasar, sedangkan jenjang keempat dimulai sejak tahun kelima dan keenam sekolah dasar.
Proses pembelajaran terjadi secara internal pada diri peserta didik. Proses tersebut mungkin saja terjadi akibat dari stimulus luar yang diberikan guru, teman, lingkungan. Proses tersebut mungkin pula terjadi akibat dari stimulus dalam diri peserta didik yang terutama disebabkan oleh rasa ingin tahu. Proses pembelajaran dapat pula terjadi sebagai gabungan dari stimulus luar dan dalam. Dalam proses pembelajaran, guru perlu mengembangkan kedua stimulus pada diri setiap peserta didik.
Di dalam pembelajaran, peserta didik difasilitasi untuk terlibat secara aktif mengembangkan potensi dirinya menjadi kompetensi. Guru menyediakan pengalaman belajar bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi yang dimiliki mereka menjadi kompetensi yang ditetapkan dalam dokumen kurikulum atau lebih. Pengalaman belajar tersebut semakin lama semakin meningkat menjadi kebiasaan belajar mandiri dan ajeg sebagai salah satu dasar untuk belajar sepanjang hayat.
Dalam suatu kegiatan belajar dapat terjadi pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam kombinasi dan penekanan yang bervariasi. Setiap kegiatan belajar memiliki kombinasi dan penekanan yang berbeda dari kegiatan belajar lain tergantung dari sifat muatan yang dipelajari. Meskipun demikian, pengetahuan selalu menjadi unsur penggerak untuk pengembangan kemampuan lain.

Rabu, 13 Mei 2015

pembelajaran tematik

Pembelajaran Tematik
Di lihat dari perkembangan psikologisnya seperti diteorikan oleh Piaget peserta didik SD/MI dengan rentang usia 6 s.d 12 tahun berada pada tingkat operasi konkrit (concrete operation) dan awal dari operasi formal (formal operation) yang ditandai dengan mulai berkembangnya abstraksi dalam pemikiran. Dilihat dari lingkungan kehidupannya seperti dikonsepsikan oleh Paul R. Hanna dalam model lingkup kehidupan semakin meluas (expanding environment), peserta didik di SD/MI berada dalam lingkup komunitas dan sosial budaya, rumah, sekolah dan lingkungan sekitar (lingkungan desa sampai dengan lingkungan negara).
Dengan mempertimbangkan perkembangan psikologis dan lingkup interaksi sosial budaya  peserta  didik  telah  ditetapkan  bahwa  pelaksanaan  kegiatan  kurikuler  di  MI dibagi dalam 2 penggalan. Penggalan pertama terdiri atas kelas-kelas rendah (I, II dan III), dan penggal kedua terdiri atas kelas-kelas yang lebih tinggi  (IV, V dan VI). Untuk kelas-kelas rendah kegiatan kurikuler diorganisasikan dalam bentuk pembelajaran tematis, sedangkan untuk kelas-kelas yang lebih tinggi diorganisasikan dalam bentuk pembelajaran berbasis mata pelajaran.
Pembelajaran tematis adalah bentuk pengorganisasian pembelajaran terpadu. Dalam pembelajaran bentuk ini peserta didik belajar melalui pemahaman dan pembiasaan perilaku yang terkait pada kehidupannya. Peserta didik belum secara formal diperkenalkan pada mata pelajaran. Tujuan akhir dari pembelajaran tematik adalah berkembangnya potensi peserta didik secara alami sesuai dengan usia dan lingkungannya. Dalam pembelajaran berbasis mata pelajaran peserta didik sudah secara formal diperkenalkan kepada mata pelajaran yang ada dalam kurikulum SD/MI.
Bredekamp (1992) berpandangan bahwa pada usia pendidikan dasar (6-15 tahun) kemampuan intelektual, sosio emosional, fisik dan moral anak, berkembang secara terpadu, sehingga proses pengembangan dalam pembelajaran harus dilangsungkan secara terpadu. Dalam kurikulum SD/MI tahun 2004 pembelajaran terpadu untuk kelas- kelas awal (kelas 1 dan II) menggunakan pendekatan pembelajaran tematik.  Sementara itu dalam  kurikulum tahun 2006  pembelajaran tematik direncanakan di kelasI, II, dan III.
Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran yang menggunakan tema tertentu sebagai titik sentral pembelajaran yang mengakomodasikan berbagai kompetensi dasar yang harus dicapai dari satu mata pelajaran atau beberapa mata pelajaran. Pembelajaran tematik adalah aplikasi pendekatan pembelajaran terpadu yang dikembangkan melalui suatu “tema” yang di dalamnya terkandung kompetensi dasar dan materi yang saling berkaitan antarmata pelajaran berdasarkan hasil analisis kompetensi dasar dari masing- masing mata pelajaran.
Adapun yang dimaksud pembelajaran terpadu adalah proses pembelajaran yang mengkaitkan atau menghubungkan tema atau topik yang berkaitan dalam satu mata pelajaran atau antarmata pelajaran pada suatu kurikulum sekolah. Keterkaitan ini dapat terbentuk:
·         keterkaitan  materi  dan  kompetensi  dasar  dalam  suatu  mata  pelajaran  dengan kebutuhan/pengalaman anak dan lingkungan sosial anak.
·         keterkaitan materi dan kompetensi dasar dalam beberapa mata pelajaran dengan kebutuhan/pengalaman anak dan lingkungan sosial anak.
Melalui sistem pembelajaran terpadu, memungkinkan siswa secara individual maupun   kelompok   aktif   menggali   dan   menemukan   konsep   serta   prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Karakteristik model pembelajaran terpadu adalah holistik, bermakna, otentik, dan aktif.  Oleh karena itu, pembelajaran terpadu sangat diperlukan terutama untuk Sekolah Dasar, karena pada jenjang ini siswa dalam menghayati pengalamannya masih secara totalitas serta masih sulit menghadapi pemilahan yang artificial (Richmond, 1977; Joni, 1996).
Secara definitif kurikulum tematis adalah kurikulum yang menggabungkan sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan area isi, keterampilan, dan sikap (Wolfinger, 1994:133). Selanjutnya,  Wolfinger  (1994)  dan  Suwignyo,  (1996)  menjelaskan  bahwa  pemaduan tersebut didasarkan pada pertimbangan rasional antara lain:
1.      kebanyakan masalah dan pengalaman   termasuk di dalamnya pengalaman belajar bersifat interdisipliner;
2.      untuk memahami, mempelajari, dan memecahkannya diperlukan multiskill
3.      adanya tuntutan interaksi kolaboratif yang tinggi dalam pemecahan masalah;
4.      memudahkan siswa membuat hubungan antarskematika dan transfer pemahaman antarkonteks;
5.      demi efisiensi;
6.      adanya tuntutan keterlibatan siswa yang lebih tinggi dalam proses pembelajaran.
Dalam  pembelajaran  tematik  terdapat  beberapa  hal  yang  perlu  mendapat  perhatian yaitu:
1.      pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan utuh;
2.      dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan antara lain alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang ada di lingkungan;
3.      usahakan pilihan tema yang terdekat dengan anak;
4.      lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai daripada tema (Ahman, Dkk, 2004).
Pembelajaran tematik memiliki kekuatan/keunggulan antara lain:
1.      pengalaman  dan  kegiatan  belajar  relevan  dengan  tingkat  perkembangan  dan kebutuhan siswa;
2.      menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa;
3.      hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna;
4.      mengembangkan keterampilan berpikir siswa dengan permasalahannya yang dihadapi;
5.      menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi, komunikasi dan
6.      tanggap terhadap gagasan orang lain.
Hasil studi yang dilaporkan Pappas dan Kiefer (1995) bahwa model pembelajaran tematik sangat cocok diberikan kepada anak didik pada kelas rendah. Pembelajaran tematik memadukan berbagai mata pelajaran dalam kurikulum dan menghubungkannya melalui jaringan topik atau tema.  Hal ini mengandung arti bahwa pembelajaran tematik tidak hanya sebagai kerangka bahan ajar dan konstruk penmgetahuan bagi peserta didik, namun juga dapat dipandang sebagai alat untuk mengkaji berbagai kajian budaya bagi anak didik usia dini.
Pada uraian di atas ditegaskan bahwa tema dalam pembelajaran tematis merupakan sentral kajian pembelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok   yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Bagaimana peran tema dalam pembelajaran tersebut? Peran tema dimaksudkan agar:
1.      siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu;
2.      siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama;
3.      pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
4.      kompetensi berbahasa dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
5.      siswa dapat lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;
6.      guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan.
B.     Langkah-Langkah Pembelajaran Tematik
Setelah kita membicarakan konsep dasar pembelajaran tematik, mari kita kaji bersama langkah-langka pembelajaran tematik. Dalam pembahasan langkah-langkah pembelajaran tematik ini akan dipaparkan tentang langkah-langkah pembelajaran tematik antar mata pelajaran di SD/MI.
Secara umum langkah-langkah menyusun pembelajaran tematik antarmata pelajaran sebagai berikut.
1.      mempelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran;
2.      membuat/memilih   tema   yang   dapat   mempersatukan   kompetensi-kompetensi tersebut untuk setiap kelas dan semester;
3.      membuat  matrik atau bagan hubungan kompetensi dasar dengan tema/topik;
4.      membuat pemetaan pembelajaran tematik dalam bentuk matrik atau jaringan tema;
5.      menyusun silabus berdasarkan matrik/jaringan tema pembelajaran tematik;
6.      menyusun rencana pembelajaran tematik
Berdasarkan langkah-langkah tersebut, kita mencoba menyusun rencana pembelajaran tematik untuk siswa sekolah dasar tempat mengajar yang dituangkan dalam silabus dan rencana pembelajaran. Perlu diperhatikan bahwa dalam menyusun silabus hendaknya kita menciptakan berbagai kegiatan sesuai dengan tuntutan kompetensi dan tema yang sudah ditetapkan. Jika ada kompetensi dasar yang tidak bisa dikaitkan dalam pembelajaran tematis hendaknya dibuat silabus tersendiri.
Pandangan lain dikemukakan oleh Dyah Sriwilujeng, (2006) yang mengajukan enam langkah tematik antarmata pelajaran di SD/MI,  yakni sebagai berikut :
1.      Membuat/memilih tema
2.      Melakukan analisis indikator, kompetensi dasar dan hasil belajar yang sesuai dengan tema dan membagi alokasi waktu
3.      Melakukan pemetaan hubungan  kompetensi dasar, indikator dengan tema
4.      Membuat pengelompokkan jaringan indikator
5.      Melakukan penyusunan silabus
6.      Menyusun Rencana Pembelajaran
Baiklah! mari kita bahas langkah-langkah tersebut secara lebih rinci.
1.      Membuat/memilih tema
Menurut Dyah Sriwilujeng, ada beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan tema yang akan dikembangkan di Sekolah Dasar kelas rendah yaitu  sebagai berikut :
a.       tema yang dikembangkan tidak terlalu luas namun dapat dengan mudah dipergunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran;
b.      bermakna,  yang  mengandung  arti  bahwa  tema  yang  dipilih  untuk  dikaji  harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya;
c.       tema  yang  dikembangkan  harus  sesuai  dengan  tingkat  perkembangan  psikologis anak
d.      tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak di sekolah
e.       tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar
f.       mempertimbangkan kurikulum yang berlaku dan harapan masyarakat terhadap hasil belajar siswa
g.      mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
Perhatikan pula bahwa tema drumuskan oleh guru dan pilihan   tema   hendaknya yang terdekat dengan anak.
Contoh tema Kelas 1 semester 1 :
·         diri sendiri;
·         keluarga;
·         lingkungan;
Semester 2:
·         pengalaman;
·         kegemaran;
·         kebersihan, kesehatan, dan keamanan.
2.      Melakukan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator yang disesuaikan dengan tema dan alokasi waktu.
Kegiatan untuk melakukan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan hasil belajar yang sesuai dengan tema dan alokasi waktu dapat diorganisasikan sepenuhnya oleh sekolah. Dengan demikian kegiatan ini tidak perlu dilakukan secara tersendiri, tetapi dapat dilaksanakan bersamaan dengan penentuan jaringan indikator.
Standar kompetensi adalah standar kemampuan yang harus dikuasai untuk menunjukkan bahwa hasil mempelajari mata pelajaran tertentu berupa penguasaan atas pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu telah dicapai. Sedangkan kompetensi dasar adalah kemampuan atau kompetensi minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh lulusan atau kemampuan minimal yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa dari standar komptensi untuk suatu mata  pelajaran.
Contoh Standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator mata pelajaran PKn kelas I SD/MI.
Standar Kompetensi: Kemampuan memahami identitas diri dan keluarga dalam rangka   berinteraksi di lingkungan rumah
Kompetensi  Dasar
Hasil Belajar
Indikator
1.        Kemampuan menunjukkan identitas diri
1.        Mengetahui nama, alamat, nama orang tua, dan jumlah anggota keluarga
·         Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan
·         Menyebutkan nama ayah dan ibu atau wali
·         Menyebutkan alamat tempat tinggal
·         Menyebutkan anggota keluarga yang tinggal di rumah
2.        Menceritakan perilaku kasih sayang dalam keluarga
·         Menceritakan kasih sayang Ibu dan Ayah kepada anak
·         Menceritakan hubungan kasih sayang antar-anggota keluarga
2.        Kemampuan mewujudkan hidup rukun dalam kemajemukan keluarga
1.        Mengetahui manfaat hidup rukun dalam kemajemukan keluarga
·         Memberi contoh kemajemukan dalam keluarga
·         Menjelaskan manfat hidup rukun dalam keluarga
·         Mengidentifikasi hidup dan tidak rukun
·         Menceritakan akibat jika tidak menjaga kerukunan
2.        Membiasakan hidup rukun dalam kemaje- mukan keluarga
·         Menunjukkan sikap saling menghargai perbedaan dalam lingkungan  keluarga
·         Menunjukkan sikap tidak membeda-bedakan perlakuan dalam keluarga
3.        Kemampuan mengingat peristiwa yang dialami
1.        Menguraikan peristiwa yang pernah dialami
·         Menyebutkan peristiwa yang pernah dialami
·         Menceritakan peristiwa menyenangkan yang pernah dialami sendiri
2.        Menguraikan peristiwa masa kecil berdasarkan cerita orang tua /orang lain
·         Menceritakan kembali hal-hal yang pernah dialami berdasarkan cerita orang tua/ orang lain
·         Menyebutkan peristiwa yang terjadi di lingkungan
·         keluarga berdasarkan cerita orang tua/ orang lain
4.        Kemampuan menjelaskan lingkungan rumah sehat
1.        Menyebutkan fungsi ruang dalam rumah
·         Mengidentifikasi ruang dalam rumah
·         Menceritakan tentang fungsi dari setiap ruang
2.        Membiasakan kerapian dan kebersih-an rumah
·         Menyebutkan ciri-ciri rumah sehat
·         Menceritakan perilaku dalam menjaga kebersihan
5.        Kemampuanmemahami kegiatan jual beli
1.        Menyebutkan tempat kegiatan jual beli
·         Mengidentifikasi warung, toko, dan pasar
·         Menyebutkan barang kebutuhan sehari-hari
2.        Menyebutkan jenis kegiatan jual beli
·         Menceritakan kegiatan jual beli
·         Menyebutkan barang-barang yang diperjualbelikan
Contoh Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas 1 mata pelajaran PKn dalam Standar Isi (2006):
Semester 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1.      Menerapkan hidup rukun dalam perbedaan
1.      Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, agama, dan suku bangsa
2.      Memberikan contoh hidup rukun melalui kegiatan di rumah dan di sekolah
3.      Menerapkan hidup rukun di rumah dan di sekolah
2.      Membiasakan tertib di rumah dan di sekolah
1.      Menjelaskan pentingnya tata tertib di rumah dan di sekolah
2.      Melaksanakan tata tertib di rumah dan di sekolah
Semester 2
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1.      Menerapkan hak anak di rumah dan di sekolah
1.      Menjelaskan hak anak untuk bermain, belajar dengan gembira dan didengar pendapatnya
2.      Melaksanakan hak anak di rumah dan di sekolah
2.      Menerapkan kewajiban anak di rumah dan di sekolah
1.      Mengikuti tata tertib di rumah dan di sekolah
2.      Melaksanakan aturan yang berlaku di masyarakat
Pada kurikulum 2004, mata pelajaran PKn bergabung dengan ilmu pengetahuan sosial sehingga namanya disingkat PKPS. Dalam kurikulum untuk persekolahan (2006) yang disusun oleh BSNP, mata pelajaran PKn terpisah dari IPS dan menjadi mata pelajaran tersendiri. Untuk kelas I – III menggunakan pendekatan pembelajaran tematik, sedangkan kelas IV – VI menggunakan pendekatan mata pelajaran. Dengan demikian, kita sebagai guru yang mengajarkan PKn di kelas I – III  dapat merumuskan tema-tema PKn yang disesuaikan dan dikaitkan dengan tema-tema mata pelajaran lain seperti bahasa Indonesia, IPS, Matematika, IPA dan sebagainya.
3.      Melakukan pemetaan hubungan   kompetensi dasar, indikator dengan tema (yang telah dibuat ).
Ada beberapa hal yang mesti dilakukan guru yaitu:
a.       Mengidentifikasi semua indikator dan kompetensi dasar dari semua mata pelajaran (Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Pendidikan Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial, Kertakes, Pendidikan Jasmani).
b.      Memasukkan hasil identifikasi ke dalam format (tabel) hubungan indikator dan kompetensi dasar ke dalam tema yang relevan.
c.       Jika ada indikator dan kompetensi dasar yang tidak bisa dimasukkan ke dalam suatu tema, maka indikator dan kompetensi dasar tersebut dibuatkan atau dicarikan tema khusus dan disajikan tersendiri, baik oleh guru kelas maupun oleh guru mata pelajaran (terutama indikator dan kompetensi dasar Agama dan Pendidikan Jasmani)
4.      Membuat pengelompokan jaringan indikator
Dalam langkah ini guru memasukkan semua indikator yang telah diidentifikasi ke dalam jaringan indikator. 
5.      Melakukan penyusunan silabus
Bentuk silabus yang digunakan guru bersifat fleksibel. Guru dapat menggunakan bentuk format ke samping (matrik) atau bentuk deskripsi (urutan ke bawah). Pemilihan bentuk  silabus  didasarkan pada  tingkat  kemudahan penggunaannya,  keterbacaannya bagi guru serta efektifitas dan efisiensinya.
6.      Menyusun Rencana Pembelajaran
Penyusunan   Rencana   Pelaksanaan   Pembelajaran   (RPP)      merupakan   kegiatan guru secara individu yang terdistribusi dalam rencana pembelajaran harian. Rencana Pembelajaran ini dapat memuat beberapa kali pertemuan (Misalnya RPP dibuat per minggu yang di dalamnya ada pertemuan 1, 2, 3 sampai pertemuan ke 6). Atau diserahkan kepada guru sesuai dengan kondisi, karakteristik, kemampuan siswa yang dihadapi sehari-hari.
C.    Model Pembelajaran PKn MI Kelas Rendah
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran  atau materi pokok yang terkait secara harmonis untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Yang dipadukan di sini adalah materi atau bahan ajar sebagai upaya agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Pengembangan materi ini hendaknya disesuaikan dengan kedalaman dan keluasan materi pada kurikulum.
Materi dalam   kurikulum dapat dikembangkan dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa, kesesuaian materi dengan lingkungan, atau kebutuhan lingkungan setempat. Pengembangan materi ini dapat dilakukan antara lain dengan membuat jaringan topik/tema, membuat bagan arus kegiatan, dan mengembangkan jaringan lintas kurikulum.
Dilihat dari cara memadukan konsep/materi, keterampilan, topik, dan unit tematiknya,  terdapat  sepuluh  model  atau  cara  merencanakan  pembelajaran  terpadu yaitu 1) fragmented; 2) connected; 3) nested; 4) sequented; 5) shared; 6) webbing; 7) threated; 8) integrated; 9) immersed; dan 10) networked (Robin Fogarty (1991). Dari kesepuluh cara tersebut ada beberapa cara atau model yang dapat dan sering digunakan dalam pembelajaran di Sekolah dasar yaitu antara lain webbed, connected, dan integrated. Diantara ketiga model tersebut, yang paling cocok diterapkan dalam pembelajaran di sekolah dasar  kelas  rendah adalah  model  Webbed.  Mengapa  demikian?  karena  pada tahap ini siswa pada umumnya masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan, perkembangan fisiknya tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka pengembangan model pembelajaran yang akan diuraikan di sini adalah model webbed. Sedangkan model connected dan integrated hanya akan dibahas sepintas untuk membedakan dengan model webbed.
1.      Model  Webbed
Model  “webbed”  sering  disebut  jaring  laba-laba,     adalah  model  pembelajaran yang dipergunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang berkecendrungan dapat disampaikan melalui beberapa mata pelajaran. Tema dalam model ini dapat dijadikan pengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran. Oleh karena itu, model ini pada dasarnya merupakan bentuk perpaduan yang bertolak dari pendekatan tematis inter atau antarmata pelajaran dalam mengintegrasikan bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema sebagai sentral dijadikan sebagai landas tumpu penyampaian isi pembelajaran interdisipliner maupun antardisipliner.
 Memahami dan memilih tema esensial yang memiliki keterkaitan materi yang dapat dipadukan. Sebenarnya bagi guru sekolah dasar (terutama guru kelas) tidak akan banyak menemui kendala karena sudah terbiasa mengajar berbagai mata pelajaran sehingga sudah paham betul tentang butir-butir materi setiap mata pelajaran. Pemahaman kita tentang butir-butir setiap mata pelajaran tentu saja akan memudahkan dalam membuat tema yang bisa dipadukan dan dikaji dari beberapa mata pelajaran.
 Sekali lagi dalam model webbed, tema dapat dijadikan sebagai pengikat pembelajaran dalam satu mata pelajaran atau antarmata pelajaran. Model yang dikembangkan dalam kurikulum 2006 adalah pembelajaran tematis antarmata pelajaran dengan tumpuannya mata pelajaran bahasa Indonesia karena siswa kelas awal (khususnya kelas 1) masih belajar membaca dan menulis. Pada kesempatan ini  paduan antarmata pelajaran akan mengambil tema yang berasal dari mata pelajaran PKPS khususnya materi Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam kurikulum 2004 pembelajaran tematis dipergunakan untuk kelas I dan II, namun dalam kurikulum 2006 untuk kelas I, II, dan III.
Setelah kita menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan, kemudian pelajarilah kompetensi dasar dan indikator pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran. Setelah itu buatlah tema untuk mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut untuk setiap kelas dan semester, dan buatlah jaringan kompetensi dasar/ indikator yang menggambarkan hubungan dengan tema.  Contoh tema mata pelajaran atau materi PKn yang bisa dihubungkan dengan mata pelajaran lain diantaranya hidup hemat, bangga bertanah air Indonesia, hidup tertib/disiplin, dan kemajemukan.
 Seandainya  kita mengambil tema ”bangga bertanah air Indonesia”, maka dapat dikembangkan jaringan indikatornya seperti berikut.
image
Gambar/ matrik di atas menunjukkan contoh hubungan tema dari mata pelajaran PKn dengan indikator-indikator mata pelajaran bahasa Indonesia, matematika, IPA, Kertakes, dan PKn. Hal ini tidak berarti tema tersebut tidak berhubungan dengan mata pelajaran lain seperti Agama, pengetahuan sosial (materi geografi), dan pendidikan jasmani. Oleh karena itu, kita sebagai guru kelas dipersilakan untuk mengembangkan hubungan tema tersebut dengan jaringan indikator mata pelajaran lainnya.
Setelah membuat jaringan Indikator,  kemudian buatlah pemetaan pembelajaran tematik dalam bentuk jaringan tema model jaring laba-laba (webbed) sesuai dengan jaringan indikator tersebut di atas.
image
Matrik di atas menggambarkan jaringan tema Bangga bertanah air Indonesia dengan sub tema (anak tema) mata pelajaran lain.   Kode ”A” yaitu cerita pendek tentang alam atau peristiwa alam Indonesia merupakan anak tema yang diambil dari mata pelajaran bahasa Indonesia. Anak tema tersebut dibagi menjadi beberapa anak tema diantaranya menyimak dan membuat cerita pendek tentang peristiwa alam yang pernah terjadi di daerahnya.
Kode ”B” yaitu menjumlah merupakan anak tema yang diambil dari mata pelajaran matematika yang kemudian dapat dibagi menjadi beberapa anak tema diantaranya menjumlah peristiwa alam di daerahnya seperti longsor atau gunung meletus yang pembelajarannya diarahkan kepada kesadaran menjaga kelestarian lingkungan.
Kode “C” yaitu baca Dalil merupakan tema mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), yang memiliki anak tema diantaranya menjelaskan makna setelah menghafal dalil (Mahfudhat). Target dari belajar ini agar anak tahu bahwa agama juga mengajarkan cinta tanah Air.
Kode ”C” yaitu pencemaran merupakan anak tema yang diambil dari mata pelajaran IPA, yang kemudian memiliki anak tema faktor penyebab dan dampak pencemaran lingkungan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi manusia dan lingkungan alam sekitar. Dalam hal ini target hasil belajarnya adalah kesadaran untuk mencintai lingkungan alam di daerahnya seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencemari hutan, dan sebagainya.
Kode” D” yaitu karya seni rupa merupakan anak tema mata pelajaran kerajinan tangan dan kesenian, yang memiliki anak tema diantaranya membuat lukisan keindahan alam Indonesia dan membuat kolase yang dikembangkan dari obyek dan bahan di alam sekitar.
Terakhir kode ”E” yaitu cinta tanah air merupakan anak tema yang diambil dari mata pelajaran PKn dengan harapan siswa memiliki sikap dan perilaku cinta dan bangga terhadap kekayaan dan keindahan alam Indonesia.
Dalam mengimplementasikan model pembelajaran tematik ini ada beberapa tahapan kegiatan yang mesti dilakukan guru yaitu tahap perencanaan, Pelaksanaan, dan Penilaian. Tahap perencanaan meliputi langkah-langkah perencanaan pembelajaran terpadu sebagaimana telah diuraikan di atas atau kegiatan belajar 1 yaitu: menetapkan pembelajaran yang akan dipadukan, mempelajari kompetensi dasar setiap mata pelajaran; membuat/memilih tema; membuat   matrik atau bagan hubungan kompetensi dasar dengan  tema/topik;  membuat  pemetaan  pembelajaran  tematik  dalam  bentuk  matrik atau jaringan tema; menyusun silabus, dan  menyusun rencana pembelajaran tematik.
Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan guru dalam membelajarkan siswa dengan menggunakan pendekatan, metode, dan pola pembelajaran tertentu yang dapat dipilah menjadi kegiatan persiapan, pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. Tahap penilaian merupakan kegiatan guru untuk menilai proses dan hasil belajar siswa yang meliputi prosedur, jenis, bentuk, dan alat penilaian. Kegiatan guru dalam tahap pelaksanaan dan penilaian biasanya sudah dirumuskan secara rinci dalam Rencana Pembelajaran dan silabus terlebih dahulu.
Dengan merujuk pada kurikulum 2004, banyak guru atau kelompok guru yang mengembangkan tema-tema pembelajaran yang mengambil tema utamanya dari mata pelajaran lain (bukan dari mata pelajaran PKn). Tema-tema antarmata pelajaran yang dikembangkan  untuk kelas 1 antara lain diri sendiri; keluarga; lingkungan; pengalaman; kegemaran; dan  kebersihan, kesehatan, dan keamanan.
Kita sebagai guru yang mengajarkan mata pelajaran PKn dapat juga membuat tema yang diambil dari konsep-konsep PKn  seperti tertib/disiplin, hak dan kewajiban anak, dan hidp hemat. Dapat juga tema yang sudah ada kemudian dimodifikasi  dari konsep- konsep PKn seperti tema ”lingkungan” dimodifikasi jadi ”rukun dalam kemajemukan” (Bhinneka Tunggal Ika),  tema ”keluarga” menjadi ”kasih sayang”, dan sebagainya. Tema- tema PKn tersebut kemudian dipadukan dengan mata pelajaran lain.
Selain dipadukan dengan mata pelajaran lain, Anda dapat membuat jaringan laba- laba tersebut dalam intra mata pelajaran PKn. Misalnya tema hak dan kewajiban anak dapat dilihat kewajiban terhadap diri sendiri,  hak dan kewajiban di rumah, di sekolah, dan lingkungan masyarakat. Tema disiplin bisa dilihat dari disiplin diri sendiri, di rumah, sekolah, dan masyarakat. Tema kasih sayang (kurikulum 2004) bisa dikembangkan melalui jaring laba-laba yang meliputi sikap sayang terhadap diri sendiri (seperti mandi, makan, gosok giri), sayang terhadap anggota keluarga ( ayah, ibu, kakak, adik,)  sayang terhadap warga  sekolah (guru, teman)  dan sayang terhadap masyarakat sekitar (teman, orang lebih tua).
Ketika kita mempelajari kegiatan belajar 1 modul ini, telah disinggung bahwa tema dalam pembelajaran tematik memiliki peran antara lain memudahkan siswa memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, dan guru dapat menghemat waktu.  Sebagai contoh mari kita lihat dalam kurikulum PKn (2006) kelas III semester 1 terdapat dua standar kompetensi yang salah satunya  dirumuskan dalam kalimat “Melaksanakan norma yang berlaku di masyarakat”.  Dari standar kompetensi tersebut dirinci menjadi 3 kompetensi dasar yaitu:
1)      mengenal aturan-aturan  yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar;
2)      menyebutkan contoh aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat;
3)      melaksanakan aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat
Ketiga kompetensi dasar tersebut dapat diikat dalam satu tema misalnya ”norma masyarakat”.  Dari tema tersebut kemudian dirumuskan anak tema, dan dari anak tema dapat dibuat anak tema lagi. Persoalannya, bagaimana merumuskan anak tema? dalam suatu norma selalu ada muatan langsung atau tidak langsung tentang hak dan kewajiban individu dari norma tersebut. Misalnya aturan tidak boleh merokok, maka ada kewajiban individu untuk tidak merokok dan sekaligus hak individu menikmati udara bersih.
Selanjutnya dilihat dari ruang lingkupnya, muatan materi mata pelajaran PKn meliputi antara lain kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya, sehingga tema di atas dapat dilihat dari bidang-bidang kehidupan tersebut.
Berdasarkan argumentasi tersebut,  tema norma masyarakat bisa dibagi menjadi anak tema norma dalam kehidupan politik, kehidupan sosial, kehidupan budaya, dan kehidupan ekonomi. Masing-masing norma bidang kehidupan tersebut meliputi hak dan kewajiban.  Jika divisualkan dapat dirumuskan dalam jaringan tema/topik di bawah ini.
image
Dari sub-sub tema hak dan kewajiban dari setiap bidang kehidupan dapat dirinci menjadi sikap dan perbuatan. Misalnya kewajiban dalam bidang politik dalam kehidupan masyarakat  yaitu  menghargai  pendapat  orang  lain,  menerima  perbedaan  pendapat, dan sebagainya. Hak bidang politik misalnya hak dihargai pendapatnya, hak untuk menentukan pilihan dalam pemilihan ketua kelas atau ketua kelompok diskusi. Demikian pula dalam bidang lain dapat dirinci seperti dalam bidang politik. Dipersilakan untuk Anda mengembangkannya sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Tema di atas merupakan upaya menanamkan sikap dan perilaku disiplin/tertib siswa dalam kehidupan sehari-hari untuk menggiring siswa menjadi anggota keluarga dan masyarakat, warga sekolah dan warga negara yang baik (Good Citizenship). Pembentukan warga negara yang baik merupakan tujuan dari mata pelajaran PKn.
Langkah-langkah yang ditempuh:
1.      Guru menyiapkan tema utama dan tema lain yang telah dipilih dari beberapa standar kompetensi lintas mata pelajaran/bidang studi.
2.      Guru menyiapkan tema-tema yang telah terpilih.
3.      Guru menjelaskan tema-tema yang terkait sehingga materinya lebih luas.
4.      Guru memilih konsep atau informasi yang dapat mendorong belajar siswa dengan pertimbangan lain yang memang sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran terpadu.
2.      Model Connected
Untitled
Langkah yang ditempuh dalam pembelajaran ini:
1.      Guru menentukan tema-tema yang dipilih dari silabus.
2.      Guru mencari tema yang hampir sama/relefan dengan tema-tema yang lain.
3.      Tema-tema tersebut diorganisasikan pada tema induk.
4.      Guru menjelaskan materi yang terdiri dari beberapa tema diatas.
5.      Guru mengadakan tanya jawab tentang materi yang diajarkan.
6.      Dengan bimbingan guru siswa membuat kelompok kecil.
7.      Dengan bimbingan guru pada siswa di minta untuk mengerjakan tugas kelompok dari guru.
8.      Guru memberikan kesimpulan, penegasan,evaluasi secara tertulis dan sebagai alat tindak lanjut guru menugaskan pada siswa untuk menyusun portofolio dan dikumpulkan minggu depan.
Model connected (berhubungan) dilandasi anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Misalnya butir-butir pembelajaran ideologi Pancasila, hukum, dan ketatanegaraan atau materi tentang hak dan kewajiban, ketertiban, demokrasi dapat dipayungkan pada mata pelajaran PKn. Dalam model ini guru perlu menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajaran secara tematis, karena pembentukan pemahaman, keterampilan dan pengalaman secara utuh tidak berlangsung secara otomatis.
Berdasarkan uraian di atas, maka matrik 3 merupakan contoh model connected dalam mata pelajaran PKn, selain juga merupakan model webbed.
3.      Model Integrated
image
Sejumlah tema (topik) pembelajaran dari mata pelajaran yang berbeda tetapi esensinya sama dalam sebuah tema /topik tertentu. Model ini berangkat dari adanya tumpang tindih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang dituntut dalam pembelajaran sehingga perlu adanya pengintegrasian multi didiplin. Dalam model ini butir-butir pembelajaran perlu ditata sedemikian rupa hingga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai butir pembelajaran dari berbagai mata pelajaran berbeda. Oleh karena itu perlu adanya tema sentral  dalam pemecahan suatu masalah yang dapat ditinjau dari berbagai disiplin ilmu.
Langkah-langkah pembelajaran terpadu.
1.      Guru menentukan salah satu tema dari mata pelajaran PKn yang akan dipadukan dengan tema-tema pada matapelajaran lain.
2.      Guru mencari tema-tema dari mata pelajaran lain yang memiliki makna yang sama.guru memadukan tema-tema dari beberapa mata pelajaran yang dikemas menjadi satu tema besar.
3.      Guru menyusun RPP yang terdiri dari gabungan konsep-konsep berupa matapelajarn.
4.      Guru menentukan alokasi waktu karena untuk pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu lebih dari satu kali pertemuan.
 
mata kuliah : PKN
dosen : Dirgantara wicaksono, M.Pd