Rabu, 17 Juni 2015

MENUMBUHKAN MINAT MEMBACA PADA ANAK USIA SEKOLAH

  1. A.    Pengertian Membaca
      Membaca merupakan modal bagi seseorang untuk mempelajari buku dan mencari informasi tertulis. Bagi siswa, membaca juga menjadi modal agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran. Munawir Yusuf (2005:134) menjelaskan “membaca merupakan aktifitas auditif dan visual untuk memperoleh makna dari simbol berupa huruf atau kata.” Menurut Tampubolon, membaca pada hakekatnya adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan. Membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulis tetapi juga memahami maknanya.
       Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka anak akan mengalami banyak kesulitan dalam beberapa bidang studi.
      Ada lima tahapan perkembangan membaca, yaitu:
  1. kesiapan membaca
  2. membaca permulaan
  3. ketrampilan membaca cepat
  4. membaca luas
  5.  membaca yang sesungguhnya
       Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar dapat belajar. Kemampuan membaca merupakan suatu kemampuan untuk memahami informasi atau wacana yang disampaikan oleh pihak lain melalui tulisan.     Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa membaca merupakan kegiatan yang sangat kompleks yang mencakup aktifitas fisik dan mental untuk mengenal dan memahami makna dari suatu simbol atau tulisan.
      Dikatakan kegiatan fisik, karena bagian tubuh khususnya mata beraktifitas dalam kegiatan membaca. Dikatakan kegiatan mental, karena bagian-bagian pikiran khususnya persepsi, yaitu kemampuan untuk menafsirkan apa yang dilihat sebagai simbol atau kata dan ingatan terlibat didalam kegiatan ini. Beberapa hal yang tercakup dalam pengertian membaca yaitu:
  1. Membaca merupakan suatu proses
Maksudnya ialah informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki olehpembaca mempunyai peran utama dalam membentuk makna.
  1. Membaca merupakan suatu strategis
Maksudnya membaca yang efektif menggunakan berbagai strategi yang sesuai dengan teks yang dibaca.
  1. Membaca merupakan suatu interaktif
Maksudnya keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks.
      Berdasarkan subtansinya pengertian membaca dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu:
  1. Pengertian sederhana, yaitu pengertian yang memandang membaca sebagai proses pengenalan simbol-simbol tertulis bermakna.
  2. Pengertian agak luas, yaitu pengertian yang memandang membaca sebagai proses memahami bacaan.
  3. Pengertian luas, yaitu pengertian yang memandang membaca sebagai proses mengolah bacaan yaitu proses memaknai bacaan secara mendalam.

  1. B.     Perlunya Membaca Sejak Dini
      Pendidikan di lingkungan keluarga merupakan kunci dalam memberikan bekal kepada anak. Orang tua terutama Ibu sebagai madrasah pertama bagi seorang anak, memiliki peran sangat penting dalam masalah ini. Jiwa anak harus diisi dengan hal-hal yang positif sejak dini.
       Saat ini kita tidak heran melihat anak-anak kecil mampu memainkan HP, Play Station, Game Online, Game Internet/Facebook dan lain-lain. Teknologi baru dan gadget-gadget bermunculan seakan-akan kalau tidak mengikuti akan ketinggalan jaman. Padahal jika orang tua tidak memantau, bisa jadi Game yang dimainkan dan internet yang dibuka berisikan konten-konten negatif seperti kekerasan, pornografi dll. Belum lagi acara TV yang banyak diisi hiburan dan mempertontonkan gaya hidup hedonis para selebriti.
      Tayangan TV dan Game kekerasan seperti ini akan membuat anak-anak menjadi gampang marah, tersinggung serta tersulut emosinya. Otak menjadi pasif, daya nalar berkurang dan cara berkomunikasi menjadi juga kurang baik.  Jangankan diminta untuk membuat tulisan, berbicara dan mengemukakan pendapat saja mereka susah memilih kosa kata. Anak-anak menjadi tidak pernah terlatih untuk menggunakan kosa kata
      Berbeda ketika anak sedang membaca, maka secara refleks otak menjadi beraktivitas dan berpikir. Membaca memperluas cakrawala, menambah ilmu pengetahuan, serta meningkatkan daya ingat.  Membaca dapat memicu otak untuk menyerap informasi, memahami, lalu bahkan memecahkan suatu masalah. Semakin banyak informasi yang diserap semakin baik untuk membantu kefasihan dalam bertutur kata. Membaca bisa dikatakan sebagai kebutuhan dasar bagi manusia. Bahkan perintah pertama yang turun dalam Al-Quran adalah perintah membaca “Bacalah dengan Nama Tuhanmu yang Menciptakan”  (Q.S. Al. Alaq).
      Suatu masyarakat akan menjadi maju, jika dalam kehidupannya ditunjang dengan adanya budaya baca yang tinggi. Ahli ilmu pengetahuan dan teknologi tidak mungkin ada tanpa melalui membaca. Membaca tidak hanya melalui bahan bacaan yang tercetak saja, melaikan juga melalui media elektronik. Karena itu, budaya menbaca perlu ditumbuhkembangkan. Tidak hanya anak saat memasuki usia sekolah, melainkan sejak bayi masih berada dalam kandungan. Namun, karena belum bisa membaca, ibulah yang membacakan cerita pada bayi, yang diharapkan melalui cara membacakan cerita, akan mengalir kebiasaan baik kelak pada anak tersebut.
      Dalam konteks ini, Abigail van Buren mengatakan, “Richer than I you never be, for I had a mother who read to me. –Anda tidak pernah kaya dari saya, sebab saya punya ibu yang membacakan buku bagi saya”.
      Pada kenyataannya, membaca sebagai pelajaran baru dikenalkan di Taman Kanak-Kanak. Meskipun sebagian orang tua dan pendidik tidak setuju dengan pelajaran membaca di TK, nampaknya orang tua menuntut anaknya yang dititipkan untuk dididik di TK sudah dapat membaca. Sebab, kemampuan membaca akan langsung dipakai di SD, bahkan sudah ditekankan untuk bisa membaca.
      Tingkat membaca masyarakat Indonesia akan semakin berkembang, seiring dengan pemahaman pentingnya membaca dan latihan yang terus menerus. Jika manusia adalah makhluk pembelajar, maka kecepatan membaca orang Indonesia yang berkisar antara 150-300 KPM pasti meningkat berbanding lurus dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
     Dengan membaca buka yang bermutu, seseorang akan memiliki keunggulan komparatif dibanding orang yang tidak membaca. Selain itu, dengan membaca, orang lebih terbuka cakrawala pemikirannya. Dengan dan melalui bacaan, seseorang berkesempatan melakukan refleksi dan meditasi, sehingga budaya membaca lebih terarah kepada budaya intelektual daripada budaya hiburan yang dangkal. Karena itu, para pakar menyimpulkan, untuk membangun masyarakat yang beradab dan maju, maka budaya baca perlu ditumbuhkan.
      Hal inilah yang mendasari,mengapa budaya membaca terus menerus dikumandangkan baik oleh pemerintah, lembaga swadaya masyarakat,tokoh masyarakat,pendidik,agamawan,hingga orang yang peduli pada kemajuan peradapan.
      Buku yang bermutu menjadi sarana belajaryang paling berpengaruh. Seperti yang dicatat dalam Ensiklopedia Indonesia.
Buku ialah alatkomunikasi berjangka waktu panjang dan mungkin sarana komunikasi yang paling berpengaruh pada perkembangan kebudayaan dan peradapan umat manusia. Dalam buku dipusatkan dan dikumpulkan hasil pemikiran dan pengalaman manusia daripadasarana komunikasi lainnya. Sebagai alat pendidikan, buku berpengaruh pada anak didik daripada sarana lainnya (Ensiklopedia Indonesia, hal.538-539).
      Dalam sejarah proses transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, membaca menjadi keniscayaan. Keterampilan membaca secara kritis menjadi modal dasar untuk menganalisis, mengevaluasi, menyintesiskan bahan bacaan. Dengan membaca, pemikiran terbuka untuk melihat antarhubungan ide-ide dan menggunakannya sebagai salah satu tujuan dari membaca.
      Banyak manfaat yang bisa kita ambil dari membaca. Seperti kesaksian dan pengalaman seorang tokoh yang memberikan tekanan, betapa membaca menjadi keharusan untuk membangun dan bersaing diberbagai bidang. Alfin Toffler mengemukakan “The illiterate of the future will not be the person who cannot read. It will be a person who does not know how to learn”.(Di masa yang akan datang, orang yang buta huruf bukan semata-mata orang yang tidak dapat membaca. Yang paling celaka, dia akan menjadi orang yang tidak tahu bagaimana caranya belajar).


  1. C.    Menumbuhkan Minat Membaca
     Masalah minat baca sampai saat ini masih menjadi tema yang cukup aktual. Tema ini sering dijadikan topik pertemuan ilmiah dan diskusi oleh para pemerhati dan para pakar yang peduli terhadap perkembangan minat baca di Indonesia. Namun, hasil dari pertemuan-pertemuan ilmiah tersebut belum memberikan suatu rekomendasi yang tepat bagi perkembangan yang signifikan terhadap minat baca masyarakat.
      Permasalahan yang dirasakan oleh bangsa Indonesia sampai saat ini, adalah adanya data berdasarkan temuan penelitian dan pengamatan yang menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia relatif sangat rendah. Ada beberapa indikator yang menunjukkan masih rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Rendahnya budaya membaca ini juga dirasakan pada pelajar dan mahasiswa. Perpustakaan di sekolah/kampus yang ada jarang dimanfaatkan secara optimal oleh siswa/mahasiswa. Demikian pula perpustakaan umum yang ada di setiap kota/kabupaten yang tersebar di nusantara ini, pengunjungnya relatif tidak begitu banyak.
       Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum mempunyai budaya membaca. Sehingga wajar apabila Indeks Sumber Daya Manusia bangsa Indonesia juga rendah.
      Upaya menumbuhkan minat baca bukannya tidak dilakukan. Pemerintah melalui lembaga yang relevan telah mencanangkan program minat baca. Hanya saja yang dilakukan oleh pemerintah maupun institusi swasta untuk menumbuhkan minat baca belum optimal. Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia dapat mengejar kemajuan yang telah dicapai oleh negara-negara tetangga, perlu menumbuhkan minat baca sejak dini, sejak mereka mulai dapat membaca. Dengan menumbuhkan minat baca sejak anak-anak masih dini, diharapkan budaya membaca masyarakat Indonesia dapat ditingkatkan.
      Bacaan yang kurang memikat dan minimnya sarana perpustakaan sekolah menjadi faktor utama penyebab minat baca siswa rendah. Sementara itu, sekolah tidak selalu mampu menumbuhkan kebiasaan membaca bagi para siswanya. Dengan kondisi kualitas buku pelajaran yang memprihatinkan, padatnya kurikulum, dan metode pembelajaran yang menekankan hafalan materi justru membunuh minat membaca. Menurut Prof. Dr. Riris K. Toha Sarumpaet, Guru besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia ini melihat, sekolah tidak memadai sebagai tempat untuk menumbuhkan minat baca anak didik. Hal ini, menurut dia, tidak terlepas dari kurikulum pendidikan. Kurikulum yang terlalu padat membuat siswa tidak punya waktu untuk membaca. Riris mengemukakan bahwa siswa terlalu sibuk dengan pelajaran yang harus diikuti tiap hari. Belum lagi harus mengerjakan PR.
      Oleh karena itu, solusi terbaik dalam membuka jalan pikiran seorang siswa agar mereka mempunyai wawasan yang luas, adalah dengan cara membaca. Agar siswa dapat membaca buku, maka kepada mereka perlu disediakan bahan bacaan yang cukup koleksinya. Oleh karena itu, perpustakaan merupakan wacana baca yang mampu menyediakan beragam buku baik fiksi nonfiksi, referensi, atau nonbuku seperti majalah, koran, kaset serta alat peraga, wajib dimiliki setiap sekolah.
      Aktivitas membaca akan dilakukan oleh anak atau tidak sangat ditentukan oleh minat anak terhadap aktivitas tersebut. Di sini nampak bahwa minat merupakan motivator yang kuat untuk melakukan suatu aktivitas.
      Secara umum minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu. Minat juga diartikan sebagai sikap positif anak terhadap aspek-aspek lingkungan. Ada juga yang mengartikan minat sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan menikmati suatu aktivitas disertai dengan rasa senang. Meichati (1972) mengartikan minat adalah perhatian yang kuat, intensif dan menguasai individu secara mendalam untuk tekun melalukan suatu aktivitas.
      Aspek minat terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif berupa konsep positif terhadap suatu obyek dan berpusat pada manfaat dari obyek tersebut. Aspek afektif nampak dalam rasa suka atau tidak senang dan kepuasan pribadi terhadap obyek tersebut.
      Membaca adalah proses untuk memperoleh pengertian dari kombinasi beberapa huruf dan kata. Juel (1988) mengartikan bahwa membaca adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan. Hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu membuat intisari dari bacaan.
      Secara operasional Lilawati (1988) mengartikan minat membaca anak adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga mengarahkan anak untuk membaca dengan kemauannya sendiri. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca dan jumlah buku bacaan yang pernah dibaca oleh anak. Sinambela (1993) mengartikan minat membaca adalah sikap positif dan adanya rasa keterikatan dalam diri anak terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku bacaan. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, frekuensi membaca dan kesadaran akan manfaat membaca.
      Berdasar pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa minat membaca adalah kekuatan yang mendorong anak untuk memperhatikan, merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca dengan kemauan sendiri. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, frekuensi membaca dan kesadaran akan manfaat membaca.
      Minat membaca perlu ditanamkan dan ditumbuhkan sejak anak masih kecil sebab minat membaca pada anak tidak akan terbentuk dengan sendirinya, tetapi sangat dipengaruhi oleh stimulasi yang diperoleh dari lingkungan anak. Keluarga merupakan lingkungan paling awal dan dominan dalam menanamkan, menumbuhkan dan membina minat membaca anak. Orang tua perlu menanamkan kesadaran akan pentingnya membaca dalam kehidupan anak, setelah itu baru guru di sekolah, teman sebaya dan masyarakat.
      Mulyani (1978) berpendapat bahwa tingkat perkembangan seseorang yang paling menguntungkan untuk pengembangan minat membaca adalah pada masa peka, yaitu sekitar usia 5-6 tahun. Kemudian minat membaca ini akan berkembang sampai dengan masa remaja.
      Minat membaca pertama kali harus ditanamkan melalui pendidikan dan kebiasaan keluarga pada masa peka tersebut. Anak usia 5-6 tahun senang sekali mendengarkan cerita. Mula-mula mereka tertarik bukan pada isi ceritanya, tetapi pada kenikmatan yang diperoleh dalam kedekatannya dengan orang tua. Ketika duduk bersama atau duduk di pangkuan orang tua, anak merasakan adanya kasih sayang dan kelembutan. Suasana yang menyenangkan dan didukung oleh buku cerita yang penuh gambar-gambar indah akan membuat anak menjadi tertarik dan senang menikmati cerita dari buku. Melalui proses imitasi, anak akan suka menirukan aktivitas membacakan cerita yang dilakukan oleh orang tuanya. Peniruan ini akan semakin diulang bila anak juga sering melihat orang tua melakukan aktivitas membaca. Anak akan meniru gaya dan tingkah laku orang tua dalam membaca. Kemudian setelah anak mampu membaca sendiri, maka ia akan senang sekali mempraktekkan kemampuan membacanya dengan membaca sendiri buku-buku yang tersedia di rumah. Kemauan untuk membaca buku atas inisiatif diri sendiri ini adalah awal tumbuhnya minat membaca anak. Perkembangan selanjutnya dari minat membaca ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.
      Menurut Purves dan Beach di dalam Harris dan Sipay (1998), ada dua kelompok besar faktor yang mempengaruhi minat membaca anak, yaitu:
  1. Faktor personal
Faktor personal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri anak, yaitu meliputi usia, jenis kelamin, inteligensi, kemampuan membaca, sikap dan kebutuhan psikologis.
  1. Faktor institusional
Faktor institusional adalah faktor-faktor di luar diri anak, yaitu meliputi ketersediaan jumlah buku-buku bacaan dan jenis-jenis bukunya, status sosial ekonomi orang tua dan latar belakang etnis, kemudian pengaruh orang tua, guru dan teman sebaya anak.
      Ada perbedaan minat anak terhadap buku bila ditinjau dari usia kronologis anak.
  1. Menurut Ediasari (Ayahbunda, 1983), berpendapat bahwa:
    1. Pada usia 2-6 tahun, anak-anak menyukai buku bacaan yang didominasi oleh gambar-gambar yang nyata.
    2. Pada usia 7 tahun, anak menyukai buku yang didominasi oleh gambar-gambar dengan bentuk tulisan besar-besar dan kata-kata yang sederhana dan mudah dibaca. Biasanya pada usia ini anak sudah memiliki kemampuan membaca permulaan dan mereka mulai aktif untuk membaca kata.
    3. Pada usia 8-9 tahun, anak-anak menyukai buku bacaan dengan komposisi ganbar dan tulisan yang seimbang. Mereka biasanya sudah lancar membaca, walaupun pemahaman mereka masih terbatas pada kalimat singkat dan sederhana bentuknya.
    4. Pada usia 10-12 tahun, anak lebih menyukai buku dengan komposisi tulisan lebih banyak daripada gambar. Pada usia ini kemampuan berpikir abstrak dalam diri anak mulai berkembang sehingga mereka dapat menemukan intisari dari buku bacaan dan mampu menceritakan isinya kepada orang lain.

  1. Menurut Munandar (1986), berpendapat bahwa:
    1. Pada usia 3-8 tahun, anak menyukai buku cerita yang berisi mengenai binatang dan orang–orang di sekitar anak. Pada masa ini anak bersikap egosentrik sehingga mereka menyukai isi cerita yang berpusat pada kehidupan di seputar dirinya. Mereka juga menyukai cerita khayal dan dongeng.
    2.  Pada usia 8-12 tahun, anak menyukai isi cerita yang lebih realistik.
     Ada perbedaan minat anak terhadap buku bila ditinjau dari sifat dan tema cerita pada anak laki-laki dan perempuan.
Menurut munandar menyatakan bahwa:
  1. Anak  laki-laki lebih menyukai buku cerita mengenai pertualangan, kisah perjalanan yang seram dan penuh ketegangan, cerita kepahlawanan, dan cerita humor.
  2. Anak perempuan menyukai buku cerita dengan tema kehidupan keluarga dan sekolah.

      Faktor institusional memiliki pengaruh yang kuat terhadap perkembangan minat membaca anak. Keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi, mampu menggunakan tingkat pendidikannya yang tinggi untuk memperoleh informasi mengenai buku-buku yang perlu untuk perkembangan kognitif dan afektif anak. Didukung oleh penghasilan mereka yang cukup tinggi, maka orang tua dapat menyediakan buku-buku bacaan untuk anak dengan jenis yang beragam.
      Slavin (1998) menemukan ada perbedaan aktivitas orang tua dalam membimbing anak antara keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi dengan status sosial ekonomi rendah.
      Orang tua dengan status sosial ekonomi tinggi memiliki harapan tinggi terhadap keberhasilan anak di sekolah dan mereka sering memberi penghargaan terhadap pengembangan intelektual anak. Mereka juga mampu menjadi model yang bagus dalam berbicara dan aktivitas membaca. Orang tua sering membaca bersama anak, memberika pujian kepada anak saat anak membaca buku atas inisiatif sendiri, membawa anak ke toko buku dan mengunjungi perpustakaan dan mereka menjadi model bagi anak dengan lebih sering memanfaatkan waktu luang untuk membaca.
      Orang tua dengan status sosial ekonomi rendah sering memberi contoh negatif dalam berbicara, terutama saat mereka bertengkar karena keterbatasan keuangan keluarga. Mereka juga jarang memuji anak ketika anak membaca, bahkan orang tua memiliki pengharapan rendah terhadap keberhasilan sekolah anak sehingga mereka tidak mau terlibat untuk membantu pekerjaan rumah anak atau tugas sekolah yang lain. Akibat selanjutnya anak menjadi tidak berprestasi di sekolah dan hal ini menambah tekanan keluarga ketika orang tua dipanggil ke sekolah untuk mempertanggungjawabkan kegagalan pendidikan anak. Nampak bahwa keluarga dengan status sosial ekonomi rendah mengalami stres yang tinggi.
      Menumbuhkan minat baca untuk anak usia prasekolah berbeda dengan usia anak sekolah. Untuk anak usia sekolah, lebih baik diberikan cerita yang tokohnya nyata. Berikut ini yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat baca anak usia sekolah:
  1. Ajak anak ke toko buku, biarkan ia memilih sendiri buku yang ia inginkan. Tentunya dengan batasan yang Anda dan dia sepakati bersama.
  2. Ciptakan “perpustakaan” keluarga. Tak perlu terlalu mewah atau megah. Cukup dibuat nyaman dan memungkinkan keluarga untuk mencari buku yang disukai tanpa kesulitan, supaya bisa dibaca kembali.
  3. Hilangkan penghambat, seperti games, televisi, komputer, atau perangkat yang bisa mengalihkan keinginan anak untuk membaca.
  4. Ajarkan si anak untuk menyisihkan uang jajannya agar bisa digunakan untuk membeli buku.
  5. Berikan ide kepada anak untuk membentuk kelompok teman yang bisa saling menukar buku bacaan.
  6. Saat tahu si anak akan pergi ke tempat jauh atau yang berisiko membuatnya menghabiskan waktu menunggu lama, seperti saat berkunjung ke dokter, bawakan ia buku bacaan.
  7. Ciptakan kebiasaan untuk mendiskusikan tentang topik yang dibaca bersama-sama.


  1. D.    Pengaruh dari Bacaan
      Buku adalah gudang ilmu. Untuk itu, kenalkan buku pada si buah hati sedini mungkin. Agar hasilnya maksimal, pilihlah buku yang sesuai dengan usia buah hati.
       Hampir semua orang mengetahui manfaat sebuah buku. Selain sebagai sumber pengetahuan, buku juga membuat pikiran dan wawasan terbuka. Hal itu tidak saja berlaku bagi orang dewasa, anak-anak pun akan mendapatkan manfaat yang sama jika diajarkan membaca buku yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Banyak sekali jenis buku dijual di toko buku hingga kaki lima.Beragam pilihan buku pun bisa didapat secara mudah. Namun, jangan sampai kemudahan dan semua fasilitas itu membuat anak-anak menjadi rusak karena membaca buku yang tidak sesuai usia. Jika itu terjadi, anak akan mengalami kecenderungan berfantasi seperti apa yang telah dibacanya.
      Itu akan semakin buruk jika yang dibaca adalah buku-buku yang mengandung nilai kekerasan, pornografi, atau buku yang bernuansa menyesatkan. Misalnya kartun, tetapi dengan jalan cerita orang-orang dewasa.
      Mengatasi masalah bacaan pada anak, memang tidak mudah, apalagi untuk mengawasinya. Bisa saja anak yang di rumah terlihat alim dan penurut, tetapi di lingkungan permainan atau di sekolah anak mendapatkan buku-buku yang tidak sesuai dengan usia.
      Terdapat sebuah buku yang secara khusus berkisah tentang bagaimana buku bisa mempengaruhi orang. Judulnya Read and Grow Rich yang ditulis Bunke Hedges. Dikisahkan di dalamnya, bagaimana buku mempengaruhi kehidupan dan pribadi orang. Dengan membaca, seseorang terbuka wawasannya, mata, dan fikirannya. Dari membaca, seseorang mendapat ide-ide baru yang jika dilaksanakan akan mendatangkan keuntungan.
      Sejauh mana buku dapat mempengaruhi kehidupan, tentu setiap orang mempunyai pengalaman sendiri-sendiri. Ada orang yang hanya sekali membaca, buku itu langsung mempengaruhinya. Namun, ada pula orang yang telah membaca sekian banyak buku, perilakunya tetap masih sama dengan yang kemarin.
      Buku bisa menjadi guru. Tetapi juga bisa menjadi tidak berarti. Sebagaimana guru manusia, guru buku pun tidak akan memberi makna apa-apa, kalau tidak hendak dimaknai.
      Terdapat 10 tulisan berupa bacaan yang pernah mempengaruhi kehidupan pribadi pembaca, yakni diantaranya:
  1. Kitab suci agama
Fakta menunjukkan, banyak penganut agama yang dapat terpengaruh oleh adanya kitab suci. Sehingga apa pun yang dicatat dalam kitab, pasti akan diyakini dan dituruti.
  1. Pemikiran para filsuf Yunani kuna (350-450 SM)
Pemikiran ini diabadikan dalam bentuk tulisan yang berupa ilmu pengetahuan dan teknologi. Hingga saat ini pengaruhnya masih kuat serta belum ada yang menandinginya.
  1. Magna charta (1215)
Pakta yang ditandatangani oleh raja Yohanes yang berisi mengenai hak-hak asasi manusia ini, hingga kini masih mempengaruhi umat manusia, terutama bangsa kita sendiri yang telah menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia.
  1. Kitab gutenberg atau Injil 42 baris (1440)
Kitab ini menjadi lompatan raksasa karena  sejak itu berkembang pesat teknologi percetakan dan penerbitan yang mempengaruhi kehidupan umat manusia di seluruh dunia ini.
  1. Keberatan atau 95 dalil Luther
Lither menempel 95 dalil (keberatannya) pada Paus Leo X di depan pintu gereja Wittenberg. Inilah cikal bakal majalah dinding dan pers.
  1. Karya sastra dan soneta William Shakespeare (1564-1616)
Karya ini menjadi inspirasi dan mencerahkan umat manusia. Shakespeare menghidupkan kembali tradisi sastra dan filsafat yang ribuan tahun sebelumnya hidup di tanah Yunani. Bahwa, sastra dapat menjadi media atau sarana pendidikan dan sekaligus akan diperoleh hiburan.
  1. Declaration of Independence (1776)
Pada 4 Juli 1776, di Philadelphia diratifikasikansebuah dokumen penting mengenai kemerdekaan. Thomas Jefferson mendeklarasikan bahwa setiap warga Amerika:
We hold these truths to be self-evident, that all men are created equal, that they are endowed by their Creator with certain unalineable rights, that among these are Life, Liberty and the pursuit of Happiness.
  1. Konstitusi dan bill of rights Amerika Serikat (1787-1791)
  2. Manifesto komunis (1848)
Karl Marx dan Friederich Engels meletakkan platform bagi teori komunis-sosialistis. Dokumen ini yang membawa pengaruh komunis dan menyebar ke berbagai penjuru dunia.
  1. Mein Kampf (1927)
Mein kampf berarti perjuangan dan pergulatan, yakni karya tulis yang merupakan kristalisasi pemikiran Adolf Hitler. Pesan tulisan ini, bahwa masyarakat dapat menolong dan membebaskan diri dengan membenci orang lain. Sehingga terjadi pembantaian yang hebat di jerman pada masa itu.


  1. E.     Faktor bagi Siswa Sekolah Dasar dalam Kegaitan Membaca
      Menurut chauhan (1978), menjelaskan bahwa di dalam kegiatan membaca khususnya untuk siswa Sekolah Dasar memiliki beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, terutama dalam minat anak membaca. Faktor-faktor itu antaranya adalah sebagai berikut:
  1. Perkembangan fisik
      Perkembangan fisik ini, merupakan hal yang sangat penting dalam memutuskan perkembangan minat membaca. Seseorang yang secara fisik mengalami kebutaan atau kecacatan pada matanya akan berpengaruh pada ketertarikannya terhadap aktifitas membaca.
  1. Perbedaan sex atau jenis kelamin
      Ada perbedaan yang besar antara minat membaca pada anak perempuan dan laki-laki. Perbedaan itu disebabkan adanya perbedaan fisiologis dan pengaruh budaya, serta level pendidikan dan kondisi lingkungan.
      Disini, lingkungan menentukan aturan penting dalam memutuskan minat membaca seseorang, misalnya saja lingkungan rumah yang kondusif dan memberikan banyak contoh serta stimulus sehingga seseorang akan memiliki kebiasaan membaca.
  1. Status sosial-ekonomi
Kondisi keluarga juga menentukan dalam pembentukan minat membaca pada seseorang. Seseorang yang berasal drai kuluarga dengan status ekonomi menengah ke atas dapat memberikan fasilitas dan stimulus bahan-bahan bacaan yang dapat merangsang minat membaca pada anak.
      Menurut Hurlock (1993), juga menjelaskan bahwa di dalam kegiatan membaca terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat  anak pada umumnya:
  1. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan mental
      Minat cenderung berubah seiring dengan perubahan fisik dan mental. Ketika pertumbuhan mulai berhenti dan level perkembangan sudah tercapai, minat akan menjadi stabil. Minat membaca pun tumbuh bersamaan dengan perkembangan mental, jenis bacaan yang dibaca seseorang pun akan berubah seiring dengan level perkembangan dan kematangan pribadi.
  1. Minat bergantung pada kesiapan belajar
      Minat membaca juga bergantung pada kesiapan belajar, minat membaca dapat semakin kuat apabila seorang anak sudah memiliki kemampuan membaca. Untuk memiliki kemampuan membaca seorang anak haruslah siap secara fisik (mata yang normal, otak yang sempurna), sehingga proses pengenalan dan perangkaian huruf menjadi kata dan kalimat dapat dilakukan serta kesiapan mental, yakni mampu menangkap makna dan maksud dari rangkaian huruf dan kata.
  1. Minat tergantung pada kesempatan untuk belajar
      Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat, baik anak-anak maupun dewasa, yang menjadi bagian dari lingkungan anak. Karena lingkungan anak kecil sebagian besar terbatas pada rumah, minat mereka tumbuh dari rumah  sehingga kesempatan pertama untuk belajar berasal dari rumah dan lingkungan rumah merupakan reinforcement awal.  Minat membaca salah satu contoh paling relevan, dimana lingkungan rumah merupakan stimulus paling awal dan tempat belajar utama bagi seseorang anak untuk belajar membaca dan mempertahankannya dan kemudian dapat menjadi sebuah kebiasaan.
  1. Ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang terbatas
Seseorang anak yang cacat indra penglihatannya akan membatasi seseorang tersebut untuk membaca.
      Minat dipengaruhi oleh bobot emosi. Ketidaksenangan emosi akan melemahkan minat dan kesenangan emosi yang mendalam akan menguatkan minat. Seseorang yang telah menemukan manfaat dari kegiatan membaca, akan menimbulkan reaksi positif yang akan membuat orang tersebut ingin mengulanginya lagi dan lagi, sehingga kesenagan emosi yang mendalam pada aktivitas membaca akan menguatkan minat membaca.
      Minat adalah sifat egosentris dikeseluruhan masa anak-anak, seorang anak yang sangat yakin dengan membaca akan membuatnya memiliki kekayaan wawasan dan kecerdasan dalam menyikapi hidup akan terus menerus melakukan aktivitas membaca sampai dewasa.
      Elliot dkk (2000), menjelaskan bahwa minat berperan penting dalam proses belajar mengajar, dan minat harus terus terpelihara, termasuk salah satunya adalah minat membaca. Elliot dkk (2000), juga menjelaskan bahwa untuk dapat memperoleh minat siswa dalam proses pembelajaran diperlukan sebuah stimulus yaitu dengan strategi yang berorientasi curiosity atau teknik mengembangkan dan memfasilitasi curiosity siswa, dengan demikian untuk memperoleh dan menumbuhkan minat membaca pada siswa diperlukan adanya pengembangan dan pemfasilitasan curiosity. Pendapat Elliot dkk diperkuat oleh pendapat Smith dan Dechant (1961), bahwa curiosity dan gejala untuk bereksplorasi akan membuat seseorang memperoleh minat, termasuk minat membaca.

BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

  1. A.    KESIMPULAN
      Membaca merupakan modal bagi seseorang untuk mempelajari buku dan mencari informasi tertulis. Bagi siswa, membaca juga menjadi modal agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran. Munawir Yusuf (2005:134) menjelaskan “membaca merupakan aktifitas auditif dan visual untuk memperoleh makna dari simbol berupa huruf atau kata.”
      Pendidikan di lingkungan keluarga merupakan kunci dalam memberikan bekal kepada anak. Orang tua terutama Ibu sebagai madrasah pertama bagi seorang anak, memiliki peran sangat penting dalam masalah ini. Jiwa anak harus diisi dengan hal-hal yang positif sejak dini.
      Berbeda ketika anak sedang membaca, maka secara refleks otak menjadi beraktivitas dan berpikir. Membaca memperluas cakrawala, menambah ilmu pengetahuan, serta meningkatkan daya ingat.  Membaca dapat memicu otak untuk menyerap informasi, memahami, lalu bahkan memecahkan suatu masalah. Semakin banyak informasi yang diserap semakin baik untuk membantu kefasihan dalam bertutur kata.
      Dengan membaca buka yang bermutu, seseorang akan memiliki keunggulan komparatif dibanding orang yang tidak membaca. Selain itu, dengan membaca, orang lebih terbuka cakrawala pemikirannya. Dengan dan melalui bacaan, seseorang berkesempatan melakukan refleksi dan meditasi, sehingga budaya membaca lebih terarah
kepada budaya intelektual daripada budaya hiburan yang dangkal. Karena itu, para pakar menyimpulkan, untuk membangun masyarakat yang beradab dan maju, maka budaya baca perlu ditumbuhkan.
      Aspek minat terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif berupa konsep positif terhadap suatu obyek dan berpusat pada manfaat dari obyek tersebut. Aspek afektif nampak dalam rasa suka atau tidak senang dan kepuasan pribadi terhadap obyek tersebut.
faktor yang mempengaruhi minat membaca anak, yaitu:
  1. Faktor personal
  2. Faktor institusional
     Beragam pilihan buku pun bisa didapat secara mudah. Namun, jangan sampai kemudahan dan semua fasilitas itu membuat anak-anak menjadi rusak karena membaca buku yang tidak sesuai usia.
      Buku bisa menjadi guru. Tetapi juga bisa menjadi tidak berarti. Sebagaimana guru manusia, guru buku pun tidak akan memberi makna apa-apa, kalau tidak hendak dimaknai.
      Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dalam minat anak membaca antaranya adalah sebagai berikut:
  1. Perkembangan fisik
  2.  Perbedaan sex atau jenis kelamin     
  3. Status sosial-ekonomi
   

  1. B.     SARAN
      Berdasarkan butir-butir simpulan tersebut di atas, maka dapatlah dikemu-kakan saran-saran untuk menumbuhkan minat baca sejak anak usia dini sebagai berikut ini:
  1. Perlu digalakkan event-event atau kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan minat baca di masyarakat luas. Seperti dalam acara Hari Buku Nasional, Hari Kunjungan Perpustakaan, sampai berbagai pameran dan bazar buku (book fair) di tingkat lokal maupun nasional. Seiring dengan adanya globalisasi informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan, sudah saatnya kita melebarkan aktivitas kita dalam dunia perbukuan dengan ikut berpartisipasi melakukan perayaan buku berskala internasional agar lebih menggaungkan buku dan literasi di tengah masyarakat Indonesia.
  2. Perlunya partisipasi organisasi-organisasi non-pemerintah. Sebuah organisasi kemasyarakatan tersebut akan berupaya dalam membuka ruang partisipasi seluas-luasnya kepada masyarakat dalam penguatan budaya  baca dan juga dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya buku di berbagai kalangan.
  3. Orang tua dapat menjadi contoh di rumah dengan membiasakan membaca apa saja (koran, majalah, tabloid, buku, dsb.), menyediakan bahan-bahan bacaan yang menarik dan mendidik, mengajak anak berkunjung ke pameran buku sesering mungkin dan memasukkan anak menjadi anggota perpustakaan.
  4. memperbanyak jumlah perpustakaan secara merata di setiap kota/kabupaten di Indonesia dengan koleksi bahan pustaka yang mencukupi untuk kebutuhan masyarakat umum, pelajar dan mahasiswa.
  5. Perlu adanya partisipasi semua lapisan mamsyarakat, pemerintah, LSM, masyarakat pecinta buku, Depdiknas serta asosiasi penerbit, pustakawan, toko buku dan para pemerhati masalah buku dan minat baca untuk menyelengga-rakan kegiatan yang dapat menggugah gairah minat baca masyarakat. Sehingga budaya membaca menjadi sebagian budaya masyarakat Indonesia. Lomba bercerita bagi anak-anak SD dinilai cukup efektif sebagai upaya meningkatkan minat baca, karena dilihat dari penampilan peserta cukup bagus dan lancar, karena disamping membaca peserta juga langsung bercerita. 


sumber : https://patmikumalasari.wordpress.com/2014/01/11/cara-menumbuhkan-minat-baca-pada-anak-usia-sekolah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar